Musuh Terbesar dalam Keberhasilan
Musuh Terbesar dalam Keberhasilan
Orang yang paling bijaksana
adalah orang yang berpikir panjang, jauh ke depan, sampai ke akhirat. Sebab kebahagiaan
itu, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat, sesungguhnya
tidaklah free cost. Akan tetapi, kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan
di akhirat itu berdasarkan hukum timbal balik yang berdasarkan pada hasil :
1.
Iman tauhid
2.
Takwa / amal saleh
3.
Bekerja sebagai ibadah
4.
perjuangan
Keberhasilan di dalam mencapai
sesuatu tergantung dari kematangan persiapan. Makin matang persiapan makin
besar kemungkinan keberhasilan. Kematangan itu membutuhkan kemampuan yakni berhubungan
dengan sikap mental, kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan.
Musuh terbesar dalam mencapai
keberhasilan adalah diri kita sendiri yaitu sifat-sifat negatif yang terdapat
dalam diri kita. Hal ini sebagaimana telah diperingatkan Rasulullah saw. bahwa
perang yang terbesar dari perang apapun yang dialami kaum muslimin waktu itu
adalah perang melawan hawa nafsu.
Sifat negatif yang ada pada diri
manusia dibagi menjadi dua, yakni : sifat
nafsiah dan sifat syaitaniah.
1. Sifat nafsiah
Sifat nafsiah
manusia adalah sifat yang dikendalikan oleh hawa nafsu yang merugikan manusia
itu sendiri, seperti :
a. Malas
b. Menunda-nunda
pekerjaan
c. Tidak
teliti
d. Tidak
serius
e. Statis
f.
Lambat bekerja
g. Apatis
h. Tidak
sabar
i.
Nafsu tidak terkontrol
j.
Selalu mengeluh
k. Selalu
mengomel
l.
Tidak tulus
m. Tidak
dapat menyesuaikan diri dengan situasi kondisi
2. Sifat syaitaniah
Sifat syaitaniah
manusia adalah sifat yang dikendalikan oleh setan yang umumnya diri manusia itu
sendiri dan orang lain, seperti :
a. Tidak
setia
b. Tidak
bertanggung jawab
c. Tidak
jujur / bohong
d. Tidak
dapat dipercaya
e. Melemparkan
kesalahan pada orang lain ( mengambinghitamkan )
f.
Selalu menuntut
g. Tidak
tahu diri
h. Sok
tahu
i.
Bimbang
j.
Mau menang sendiri
k. Kaku
/ sukar bekerja sama
l.
Tertutup
m. Tidak
percaya diri
n. Mudah
tersinggung
o. Sukar
menerima pendapat orang lain
p. Marah
tidak pada tempatnya
q. Asosial
r.
Putus asa
s. Suka
mencela
t.
Merendahkan orang lain
u. Iri
hati
v. Penggosip
w. Dendam
x. Bengis
y. Tamak
z. Angkuh
aa. Tidak
adil
bb. Berlagak
/ sok
cc. Tidak
menghargai hasil kerja orang lain
dd. Cemas
/ takut
ee. Tidak
ramah
Kedua sifat tadi, sifat nafsiah
dan sifat syaitaniah, merupakan tenaga dorong yang luar biasa besarnya, jangan
dimatikan / dilemahkan, tetapi hendaknya dapat ditransmutasikan / dialihkan /
disalurkan / dikendalikan ke arah sasaran yang positif. Hal ini telah dilakukan
oleh Mike Tyson yang mulanya hanya gemar berkelahi lalu ditransmutasikan
menjadi seorang petinju handal.
Kita harus mengubah sikap mental
kita. Hijrah dari sifat-sifat yang negatif ke sifat-sifat yang positif, dari
pemikiran yang parsial ke pemikiran yang konsepsional. Manusia dapat
memperbaiki nasibnya. Yang dapat memperbaiki nasib seseorang adalah diri
sendiri dengan jalan kepribadian yang
baik dan bekerja keras, tekun, ulet, teliti, gigih, dan baik dengan
segala daya, pikiran, dan jiwanya.
Komentar
Posting Komentar