Ciri-ciri Kelas yang Melaksanakan Pembelajaran Tuntas
Ciri-ciri Kelas yang Melaksanakan Pembelajaran Tuntas
1.
Metode Pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan
dengan pendekatan diagnostik preskriptif. Strategi pembelajaran tuntas
sebenarnya menganut pendekatan individual. Dalam arti, meskipun kegiatan
belajar ditujukan kepada sekelompok siswa ( kelas ), tetapi mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
Langkah-langkah besarnya adalah :
a.
Mengidentifikasi pengetahuan prasyarat ( prerequisit
)
b.
Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan
pencapaian kompetensi
c.
Mengukur pencapaian kompetensi siswa, serta
d.
Memberikan tindak lanjut ( remedi, pengayaan,
atau percepatan )
Metode pembelajaran yang sangat
ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah :
a.
Pembelajaran individual
b.
Pembelajaran sejawat ( peer instruction )
c.
Bekerja dalam kelompok kecil, dan
d.
Tutorial
Pembelajaran tuntas sangat
mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil,
tutorial orang per orang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan
dan pembelajaran berbasis komputer ( Richard Kindsvatter, cs. 1996. Dynamics
of Effective Teaching. New York : Longman Publishers USA ). Aneka metode
( multi metode ) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pendekatan-pendekatan
alternatif tambahan harus digunakan untuk mengakomodasi perbedaan gaya belajar
siswa.
2.
Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan
pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara
individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan perorangan ( personalized system of instruction / PSI
) sebagaimana model pembelajaran yang dikembangkan oleh Keller yang lebih
menekankan pada interaksi antara siswa dengan materi / objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam
hal-hal berikut :
a.
Menjabarkan / memecah KD ke dalam satuan-satuan
( units
) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan-pengetahuan
prasyaratnya.
b.
Menata indikator berdasarkan cakupan serta
urutan unit
c.
Menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi
d.
Memonitor seluruh pekerjaan siswa
e.
Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian
kompetensi ( kognitif, psikomotor, dan afektif )
f.
Menggunakan teknik diagnostik
g.
Menyediakan sejumlah alternatif strategi
pembelajaran bagi siswa yang menjumpai kesulitan
3.
Peran Siswa
Paradigma pendidikan saat ini
sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai subjek didik. Fokus
program sekolah bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya melainkan
pada siswa dan yang akan dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam
pendekatan pembelajaran tuntas, siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah
waktu belajar yang diperlukan. Artinya siswa diberikan kebebasan dalam
menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan siswa sangat tertumpu pada
usaha serta ketekunan siswa secara individual.
4.
Sistem Penilaian
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar ditetapkan
dengan penilaian acuan patokan ( criterion referenced ) pada setiap
kompetensi dasar.
Asumsi dasarnya adalah :
a.
Bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya
waktu yang diperlukan berbeda,
b.
Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan
c.
Hasil evaluasi tersebut adalah lulus dan tidak
lulus.
Pendapat Encik Syamsul Hendry : Seandainya masih ada guru yang tidak
melaksanakan penilaian dengan benar. Misalnya, ada guru yang hanya memberikan latihan
dan / atau tugas dan / atau Pekerjaan Rumah yang banyak, tetapi tidak pernah
memberi penilaian terhadap latihan / tugas /pekerjaan rumah tersebut. Bagaimana guru itu hendak menentukan kelebihan
dan kekurangan siswanya ? Bagaimana guru tersebut dapat melanjutkan materi
pelajarannya ? Mengapa guru tersebut boleh melanjutkan materi pelajarannya? Guru macam ni, diapekan ndaknye ? Kandangkan je guru ni !
Sistem penilaian menggunakan
penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah :
a.
Penilaian dengan sistem
b.
Tiap penilaian terdiri atas satu atau lebih
kompetensi dasar
c.
Hasil penilaian dianalisis dan ditindaklanjuti
melalui program remedial, program pengayaan, dan program akselerasi
d.
Penilaian mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e.
Aspek afektif dinilai melalui pengamatan dan
kuesioner
Dalam pembelajaran tuntas tes-tes
diusahakan dikemas dalam sub-sub kompetensi dasar sebagai alat diagnosis
terhadap program pembelajaran. Siswa dimungkinkan menilai sendiri hasil tesnya,
termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Mengenai penentuan
batas pencapaian ketuntasan, meskipun umumnya disepakati pada skor 75 ( 75% ),
namun batas ketuntasan yang paling realistik adalah ditetapkan oleh guru /
sekolah atau daerah.
Sumber : Pedoman Pembelajaran
Tuntas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional
Komentar
Posting Komentar