# Mengajar tanpa menggurui # Memberi nasehat tanpa merasa lebih hebat #

Rabu, 11 Mei 2016

Belajar Bahasa untuk Mahasiswa Semester 9 Program Studi S.1 PGSD FKIP UT UPBJJ Batam Subpokjar Dabo Singkep



Belajar merupakan proses mengubah perilaku ke arah yang positif. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam kegiatan komunikasi, bukan belajar tentang bahasa. Belajar tentang bahasa mengarah kepada belajar ilmu bahasa atau linguistik.
Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lain. Kegiatan interaksi ini membutuhkan alat, sarana, atau media yaitu bahasa. Secara universal pengertian bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran.
Bahasa memiliki beberapa ciri atau sifat, yakni bahasa itu sebuah sistem, berwujud lambang, berupa bunyi, arbitrer, bermakna, konvensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis.
Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat terbagi atas dua unsur utama yakni bentuk (arus ujaran) dan isi (makna). Bentuk bahasa terdiri atas dua unsur yakni unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental terdiri atas fonem, suku kata, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Unsur suprasegmental yakni tekanan ( keras lembut, tinggi rendah ), intonasi, atau perhentian ( jeda ).
Bahasa memiliki fungsi umum yaitu fungsi informasi, ekspresi, adaptasi dan integrasi, dan kontrol sosial.
Bahasa juga memiliki fungsi khusus yaitu sebagai alat untuk menjalankan administrasi negara, alat pemersatu, serta wadah penampungan ilmu dan kebudayaan.

Ragam Bahasa
Berdasarkan bidang wacana, ragam bahasa meliputi ragam ilmiah dan populer.
Berdasarkan sarana, ragam bahasa meliputi ragam lisan dan tulisan.
Berdasarkan pendidikan, ragam bahasa meliputi ragam baku dan tidak baku.
Ragam bahasa baku menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan bahasa tidak baku. Ragam bahasa baku memiliki sifat keseragaman kaidah yang akan membawa kemantapan dinamis yang berupa aturan yang tetap. Baku atau standar artinya tidak dapat berubah setiap saat. Isi bahasa baku mengungkapkan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.

Belajar Bahasa
Belajar bahasa adalah perubahan perilaku yang relatif permanen dan merupakan hasil pelatihan berbahasa yang mendapat penguatan. Belajar bahasa bukan merupakan seperangkat langkah yang mudah yang dapat diprogramkan dalam kemasan kilat. Belajar bahasa harus memahami prinsip-prinsip dengan menjawab pertanyaan siapa, apa, bagaimana, kapan, di mana, mengapa.
Melalui pengalaman belajar, siswa menemukan, menerapkan, menganalisis, membandingkan, menyusun, memperbaiki, menilai, dan menyimpulkan sendiri. Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman ini yang disebut belajar.
Seseorang belajar bahasa, pada dasarnya bertujuan untuk dapat mengungkapkan kemampuan menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Valetta dan Disk mengelompokkan tujuan-tujuan pengajaran bahasa berdasarkan atas keterampilan dan jenis perilakunya.
Urutan keterampilan dalam proses belajar bahasa adalah keterampilan menghafal, demonstrasi, transfer ( reseptif dan aplikatif ), komunikasi, dan mengkritik.
Pembelajaran bahasa Indonesia tercakup proses memperoleh pengetahuan, memahami dengan baik wacana tulis dan lisan, berlatih menerapkannya dalam praktik kebahasaan, dan terbiasa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
Prinsip belajar, yaitu : sadar tujuan, perhatian, minat, motivasi, kesiapan, pelatihan, aktivitas keterlibatan langsung, berani menghadapi masalah, dampak keberhasilan, perbedaan individual, dan reaksi ganda.

Etimologi
Etimologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang asal usul suatu kata.
Perhatikan :
moril, materil, spirituil moral, material, spiritual
Unsur serapan yang berakhiran il menjadi  –al, kecuali unyil
organization, transportation, revolution → organisasi, transportasi, revolusi  
structure  struktur
standard  → standar
standardization → standardisasi
import → impor
photocopy → fotokopi
productive → produktif
productivity → produktivitas

Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna suatu kata, baik makna secara leksikal maupun makna secara gramatikal.
Perhatikan :
bulan  → bulan-bulanan  → bulan depan
Ketiga kata “bulan” memiliki arti yang tidak sama.

Fonologi
Fonologi dalam ilmu bahasa dibagi dua, yakni fonetik dan fonemik.
Bunyi ujaran yang berfungsi membedakan arti disebut fonem. Perhatikan : dari, sari, lari, mari, kari, tari, cari. Satu unsur bunyi saja yang berubah dapat membedakan arti.
Untuk membedakan fonem dengan huruf ( grafem ), perhatikan contoh berikut :
Susunan fonem
Jumlah fonem
Susunan huruf
Jumlah huruf
Kata yang terbentuk
/iat/
4
ingat
5
Ingat
/ɳaɳi/
4
nyanyi
6
nyanyi
Perbedaan jumlah fonem dengan jumlah huruf pada setiap kata, menunjukkan perbedaan makna antara fonem dan huruf ( grafem ). Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti.
Sedangkan huruf ( grafem ) adalah lambang ( gambar ) dari bunyi ( fonem ).

Suku kata
Suku kata ditandai dengan fonem vokal. Adanya fonem vokal dapat menandai jumlah suku kata pada setiap kata dasar. Satu suku kata hanya memiliki satu buah fonem vokal.
Perhatikan contoh berikut :
Implementasi
Im-ple-men-ta-si
Struktur
Struk-tur
Aktivitas
Ak-ti-vi-tas
Kompleksitas
Kom-plek-si-tas
Aktif
Ak-tif
Kompleks
Kom-pleks
Kepulauan
Ke-pu-lau-an
Dedaunan
De-da-un-an

Perhatikan pola suku kata pada tabel berikut :
No.
Struktur pola suku kata
Suku kata dan kata
1.
v
a pada a-nak, i-a
2.
vk
il pada il-mu, ka-il
3.
kv
ku pada ku-da, ku-ku, ku-tu, ku-tuk
4.
kkv
gra pada gra-nit, gra-fik
5.
kkvk
spon pada spon-tan
6.
kvkk
teks pada teks-til
7.
kkkv
stra pada stra-te-gi
8.
kkkvk
struk pada struk-tur
9.
kkvkk
pleks pada kom-pleks
10.
kvkkk
korps
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia serta bagaimana bunyi ujaran itu dapat dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Fonemik yaitu ilmu bahasa yang mengaji bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.

Morfologi
Morfologi yaitu ilmu bahasa yang membahas bentuk-bentuk kata.
Morfem  yaitu kesatuan bahasa yang berfungsi untuk membentuk kata serta perubahan-perubahannya.
Morfem terdiri atas morfem bebas dan terikat. Morfem bebas adalah mofem dasar berupa kata dasar yang dapat berdiri sendiri dan menjadi sebuah kalimat. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat menjadi sebuah kalimat.
Perhatikan :
Sebuah morfem bebas dapat menjadi sebuah kalimat.
Lapar.
Lapar?
Lapar!
Morfem terikat tidak dapat menjadi kalimat jika berdiri sendiri.  Morfem terikat terbagi atas morfem terikat morfologis dan sintaksis. Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem terikat morfologis dikelompokkan ke dalam afiks ( imbuhan ), yakni prefiks ( awalan ), infiks ( sisipan ), sufiks ( akhiran ) dan konfiks ( gabungan imbuhan ).
Morfem terikat memiliki pengaruh yang besar terhadap kemunculan makna baru. Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan perubahan bentuk, juga perubahan makna.
Sedangkan morfem terikat sintaksis yaitu morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata karena tidak mengandung makna tersendiri sehingga tidak dapat menjadi kalimat. Misalnya : agak, setelah, untuk, dan, yang.

Sintaksis
Sintaksis yaitu ilmu bahasa yang membahas tata kalimat. Sintaksis membahas frase, klausa, dan kalimat.
Perhatikan :
Lagi makan.
Makan lagi.
Struktur kedua kalimat di atas berbeda arti.
Frase
Frase ( kelompok kata ) merupakan salah satu unsur dalam kalimat. Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi.
Frase berdasarkan jenis kata :
1.       Frase verbal, kata kerja
2.       Frase adverbial, kata keterangan
3.       Frase ajektival, kata sifat
4.       Frase nominal, kata benda
5.       Frase numeralial, kata bilangan
6.       Frase preposisional, kata depan
Frase berdasarkan kedudukan : frase setara dan frase bertingkat
Frase berdasarkan makna : frase lugas ( bermakna denotatif ) dan frase idiomatik ( bermakna konotatif )
Frase adalah struktur sintaksis yang tidak memiliki predikat. Sedangkan klausa dan kalimat adalah konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikat.
Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah kelompok kata yang mengandung satu predikat.
Klausa terdapat dalam kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Ada 5 fungsi kata atau kelompok kata dalam kalimat, yakni subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap.
Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Wacana memiliki konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Wacana dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam bentuk transaksi dalam rangka memperoleh sesuatu yang lebih baik.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.
Unsur-unsur pembangun wacana adalah konjungsi, preposisi, repetisi, dan elipsis.
Kohesi dan Koherensi
Kohesi adalah istilah yang digunakan dalam wacana yang membahas hubungan antarunsur dalam kalimat ( wacana ). Wacana yang memenuhi syarat kohesi disebut dengan istilah kohesif yang berarti utuh.
Wacana yang utuh belum tentu padu. Oleh karena itu, selain kohesif, sebuah wacana juga harus koheren. Koherensi adalah kepaduan hubungan maknawi antarbagian dalam wacana.
Mari kita membedakan wacana EDAN ( eksposisi, deskripsi, argumentasi, narasi )
Secara leksikal, kata “bom” merupakan kata benda ( nomina ) yang memiliki dua makna. Makna kata bom yang pertama adalah senjata peledak. Makna yang kedua adalah pelabuhan; pabean. ( Syamsul Hendry, Encik. (2009). Kamus Cakap Melayu. )
Makna pertama, bom bermakna senjata peledak. Bom bermakna sebagai senjata peledak sangat sering digunakan pada masa kini. Ketika mendengar kata “bom”, orang akan teringat dengan bom Bali, bom Sarinah, lalu akhir-akhir ini terkenal pula dengan bom Turki. Bom Aleppo, bom Izmir, dan bom Palestin tak pernah digunjingkan.
Makna kedua, bom bermakna pelabuhan; pabean. Bom bermakna sebagai pelabuhan sudah jarang digunakan lagi. Hanya orang-orang tua yang telah lama bermastautin di Dabo Singkep dan sekitarnya sajalah yang masih menggunakan istilah bom untuk pelabuhan. Padahal kata “bom” bermakna pelabuhan ini sudah termasuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Artinya, bom dengan makna pelabuhan sudah tergolong kata bahasa Indonesia.
Sebagai kata benda ( nomina ), bom yang bermakna pelabuhan dapat dijelaskan secara konkrit. Bom sebagai pelabuhan merupakan tempat berlabuh kapal, boat, pompong, perahu, sampan, kolek. Kapal besar maupun kapal kecil biasa bersandar di bom.
Bom Dabo merupakan salah satu bom yang terdapat di pulau Singkep. Sejak dulu hingga sekarang ini bom Dabo sering disinggahi kapal-kapal kecil maupun besar. Kapal, boat, pompong, perahu, sampan, dan kolek banyak yang bersandar di bom Dabo. Bongkar muat barang masih terjadi di bom Dabo sampai saat ini. Suatu waktu di bom Dabo pernah ada keranci ( crane ) untuk bongkar muat barang dan kereta api untuk mobilisasi bijih timah dari dan ke bom Dabo.
Dari tahun ke tahun bom Dabo semakin indah dan kokoh. Sayangnya, keindahan dan kekokohan bom Dabo tidak sejalan dengan kebersihannya. Sampah berserakan di bom dan sekitarnya. Apabila ditanya siapa yang salah, tentu tidak seorang pun mau mengunjukkan jarinya untuk mengakui kesalahan itu. Padahal sudah menjadi aktivitas rutin, setiap malam sekitar pukul 19.00 s.d. 23.00, orang-orang yang tidak bertanggung jawab melempar satu dua kantong berisi sampah di pangkal maupun ujung bom. Selamba ( lihat KBBI; halaman 1017) saja mereka melempar kantong sampah di pangkal maupun ujung bom. Alhasil, sampah pun berserakan di bom maupun di laut sekitar bom. Apakah mereka tidak bersalah ?
Tak kisahlah itu semua.
Sayup terdengar alunan tembang lawas, “ … dermaga saksi bisu … .“ Seorang perjaka tercenung lunglai di ujung bom Dabo Singkep. Orang-orang sibuk dengan kail, pancing, dan jaring berhanyut, dia hanya tercenung seumpama tak bermaya. Sekejap kemudian dia memandangi ponselnya tak berkedip. Sesekali menunduk, sesekali menerawang, sesekali melenguh, sesekali berdecak. Entah apa pasalnya sehingga dia semacam tak tentu arah.  
Kasihan aku melihatnya. Khawatir pula dia tercampak di ujung bom itu. Kusapa dia. Tak lama kemudian kami akrab selayaknya sahabat. Kami mulai bercakap-cakap tentang isu-isu politik, ekonomi, dan pendidikan negeri ini. Pelan-pelan, lambat laun, pembicaraan kami beralih. Kuajak dia bercerita tentang duka dan luka lara. Tak sadar lalu dia bercerita. Apakah telah terhapus luka dengan air mata?
Bermula kisahnya seorang perjaka bersahabat dengan seorang adik tingkatnya yang berbeda asal muasal. Sang perjaka berasal dari Dabo Singkep sedangkan sang perawan berasal dari suatu tanjung. Sang perjaka itu diketahui bernama Ian Alfian Marge dan sang perawan bernama Anti Rianti Susanti Mahrez.
Mereka memadu kasih asmara. Sampai kini, setelah berpisah sekian lama, mereka masih berkasih mesra meski hanya via BBM, FB, WA, tweeter, atau semacam itulah.
Dengan kerinduan yang meledak-ledak, Ian pergi mengunjungi sang kekasih. Lima kabupaten disinggahinya, lebih dari dua puluh kecamatan ditempuhnya, tak terhitung pula desa yang telah dilaluinya. Berpuluh-puluh laut, selat, dan sungai dilayarinya. Berpuluh-puluh pulau telah pula ditengoknya. Darat laut bukanlah halangan. Ian bertekad untuk menemui gadis pujaan hatinya.
Tibalah Ian di bom tanjung itu. Lama Ian terjengkit terjenguk mencari rupa sang kekasih. Dia berharap sang kekasih menunggu di situ. Penuh harap, dengan sabar dia menunggu sang kekasih. Apa daya ? Sang kekasih tak kunjung tiba. Tak kuasa Ian membujuk rindu nan menggebu-gebu.
Dua jam sudah Ian menunggu di situ. Kekasih pujaan hati tak kunjung tiba. Hilang sudah kesabarannya. Dengan sedikit taktik diplomatis, tanya sana tanya sini. Akhirnya, dia menemukan rumah gadis itu.
Sudah tiga jam dia mencari. Ketuk pintu sekali dua. Ketuk pintu lagi sekali dua. Tak juga ada sahutan di sana.
Hampir hilang asa. Sekali lagi dia mengetuk pintu rumah sang gadis. Tidak ada juga suara sahutan di sana. Mentari sudah di ambang petang. Sekejap lagi malam menjelang. Dia pulang dengan hampa.
Dia bergegas kembali ke bom di tanjung itu. Syukurlah, dia mendapatkan penginapan di sana.
Malam pun tiba. Dia kembali berkemas dan bergegas menuju rumah gadis itu lagi. Tak sabar ingin bertemu. Berkecamuk rasa dalam hati. Terbersit tanya di kepala, adakah dia setia ?
Ian tiba di rumah sang pujaan. Ternyata si dia tidak sedang di rumah. Si dia sedang beraktivitas hingga pukul 22.00 nanti.
Ian segera meluncur ke lokasi kegiatan si dia. Tak lebih dari 3 menit mereka bercerita. Ian kembali ke bom di tanjung itu.
Maksud hati hendak melelapkan mata. Penat. Namun, apa daya. Mata tak lena. Terbayang si dia yang mempesona. Putar ke kanan, tak kena. Putar ke kiri pun tak kena. Tak sadar pukul berapa dia terlelap dalam senyap.
Pagi-pagi benar Ian sudah bersiap-siap hendak balik ke kampung halaman. Penuh kehampaan. Masih ada secercah harapan. “Kiranya pagi ini dia akan melambaikan tangan mengantar keberangkatanku,” hati Ian berkata.
Di ujung bom tanjung itu, Ian terduduk, terdiam. Menanti sang kekasih melambai dari kejauhan.
Sayup terdengar di dalam kapal itu, suara nyanyian sebuah tembang lawas, “Saat kita berpisah kau pegang erat tanganku. Sepertinya tak merelakan kepergianku ‘tuk meninggalkanmu. Dermaga saksi bisu. … . Lambaian tanganmu masih kuingat selalu. Itu yang terakhir kumelihat dirimu. … .”
Lama menunggu. Kapal berlepas tali untuk segera berangkat. Tak juga tampak rupa sang kekasih. Dipandanginya bom itu dari ujung sampai ke pangkal berulang kali.
Tak lama kemudian, kapal pun berangkat. Bom semakin kecil tampak dari kejauhan. Tidak kunjung nampak juga sang pujaan hati. Aduh… begitu hampanya perasaan.
“Lebih bagus jelangkung lagi, datang dijemput. Nah …! Ini, datang tak dijemput, pulang tak diantar.” gumamnya dalam hati.
“Oleh karena hati sudah terpikat, aku tetap mencintaimu.” batin Ian menggumam.
                                                                                                                                                    

Sumber :
1. Santoso, Anang, dkk. (2013). Buku Materi Pokok Mata Kuliah Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka
2. Syamsul Hendry, Encik. (2009). Kamus Cakap Melayu. Dabo Singkep

Saya mohon maaf bila tiba-tiba terdapat kesamaan nama dan kisah ini dengan anda.
Sedikit pun tak terbersit dalam pikiran saya agar ada pembenaran dari anda, wahai pembaca yang budiman.
Hanya satu pintaku, kirimkanlah pembetulan kepadaku agar tulisanku semakin bercahaya meski bersahaya.
Silakan layangkan saran dan kritik anda melalui surel : syamsulhendry@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar