# Mengajar tanpa menggurui # Memberi nasehat tanpa merasa lebih hebat #

Rabu, 27 Maret 2013

Ranji Raja Ali Haji


Raja Ali Haji Cucu Raja Haji Fisabilillah


Ada sekian banyak tulisan yang merancukan tokoh Raja Ali Haji dengan Raja Haji, dengan Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII, dengan Raja Ali Kelana. Padahal kerancuan sederhana seperti itu sebenarnya sama sekali tidak perlu terjadi apabila orang dituntun untuk memahami kebudayaan Melayu.

Cukup banyak nama Ali dalam runtunan peristiwa penting di Riau. Ini sering menjadi punca kerancuan bagi orang-orang yang kurang teliti mengikuti peristiwa tersebut. Selain Ali bin Raja Ahmad atau Raja Ali Haji, ada Ali Yang Dipertuan Muda Riau V (1784 – 1806) yaitu Raja Ali Ibni Daeng Kamboja, ada Ali yang menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1845 – 1857) yaitu Raja Ali bin Raja Ja’far, ada Ali yang menjadi Kelana terakhir pada Kerajaan Riau Lingga yaitu Raja Ali Kelana atau dikenal juga dengan nama Raja Haji Ali bin Ahmadi.

Berdasarkan karya-karya yang dapat dikumpulkan dan dikenal baik secara luas atau secara terbatas, dapatlah dibuat ranji silsilah raja-raja Riau yang mempunyai hubungan kekeluargaan yang rapat dengan Raja Ali Haji :

Raja Haji Fisabilillah memiliki 2 orang anak yakni Raja Ahmad Engku Haji Tua dan Raja Ja'far. Anak Raja Ahmad Engku Haji Tua adalah Raja Abdul Hamid dan Raja Ali Haji. Anak Raja Ja'far adalah Raja Ali dan Raja Abdullah. Anak Raja Abdul Hamid adalah Raja Abdul Mutalib. Anak Raja Ali bin Raja Ja'far adalah Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi. Anak Raja Abdullah adalah Raja Muhammad Tahir. Anak Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi adalah Raja Ali Kelana. Anak Raja Muhammad Tahir adalah Badriah M. Tahir dan R.H.M. Said.

Berdasarkan ranji di atas, Raja Ali Haji adalah cucu dari Raja Haji. Ali adalah nama sebenar dari Raja Ali Haji. Dalam buku-buku lama, nama Raja Ali Haji dikenal pula sebagai Raja Ali Al-Hajj, Raja Ali ibni Raja Haji Ahmad, dan Al-Hajj Ali ibni Ahmad Al-Riauwiyah. Bila kita merujuk pada istilah sekarang, nama Raja Ali Haji adalah Haji Raja Ali.

Raja Ali Haji adalah Raja Ali Al-Hajj ibni Raja Ahmad Al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah atau Engku Haji Ali Ibni Engku Haji Ahmad Riau. Dilahirkan di akhir tahun 1808 di Pulau Penyengat. Ayahnya bernama Raja Ahmad dan ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor.

Raja Ali Haji tokoh terkenal dan dihormati dalam sejarah kehidupannya. Pada tahun 1868, utusan Abu Bakar dikirimkan menemui Raja Ali Haji sebab dia “seorang raja yang tua lagi berilmu”. Raja Ali Haji boleh dikatakan mewakili golongan elit Riau. Dia keturunan Bugis-Melayu dan cucu Raja Haji (syahid 1784). Beberapa kali berkunjung ke Pulau Pinang, Timur Tengah, Betawi, dan Singapura bersama ayahnya. Dia mendapat didikan yang baik dalam bahasa Melayu maupun bahasa Arab dan bercampur gaul dengan orang pintar dan sarjana-sarjana Belanda. Pada akhir abad ke-19 dia dijadikan sebagai contoh teladan masyarakat.

Raja Ali Haji adalah sarjana bahasa Arab dan dia tentu mengetahui bahwa sejarah dianggap sebagai pelajaran ilmiah oleh ulama. Raja Ali Haji mengajar bahasa Arab, ushuluddin, fiqh, tasawwuf. Salah seorang muridnya ialah saudara sepupunya yang bernama Raja Abdullah (kemudian menjadi Yamtuan Muda). Dalam setiap karyanya tampak sekali pemikiran-pemikirannya di bidang keagamaan. Hal ini disebabkan karena Raja Ali Haji, menurut Hasan Junus, “sebagai ulama-pengarang dan pengarang-ulama, sumber rujukannya al-Quran dan al-Hadist”.

Raja Ali Haji adalah seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, ulama, dan pemikir politik. Raja Ali Haji telah mengarang berbagai Kitab, meliputi bahasa, sastra, sejarah, hukum, dan agama.

Sabtu, 16 Maret 2013

Kesalahan dan Bertaubat

Rasulullah saw. bersabda, "Setiap anak Adam memiliki kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat." ( HR Tirmidzi )

Bermimpi yang Tidak Disukai

Dari Jabir ra. Rasulullah saw. bersabda, "Apabila ada seseorang yang bermimpi dengan mimpi yang tidak disukainya, maka hendaklah ia meludah tiga kali ke kiri dan berlindung kepada Allah dari setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya." ( HR Imam Muslim - Shah

Allah Mencintai Keindahan

Dari Ibnu Mas'ud, "Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, 'Sesungguhnya seseorang menyukai apabila pakaian dan sandalnya indah, apakah ini termasuk kesombongan ?' Nabi menjawab, 'Sesungguhnya Allah itu indah serta mencintai keindahan, kesombogan itu ialah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." ( HR Muslim )

Larangan Mencabut Uban

Ibnu Amru ra. berkata, "Rasulullah saw. melarang mencabut uban, dan beliau juga bersabda, dia ( uban itu ) adalah cahaya bagi orang-orang yang beriman." (HR Ibnu Majah )

Riya'

"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, 'Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Riya'." ( HR Ahmad )

Menyambung Rambut

Asma' binti Abu Bakar ra. berkata, "Rasulullah saw. melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta untuk disambungkan rambutnya." ( HR Nasa'i )

Selasa, 12 Maret 2013

Peran Guru Kelas dalam Pengelolaan Kelas

Peran guru sangat besar dalam pengelolaan kelas karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran di kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan pembelajaran. Guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya.

Dalam kaitannya dengan tugas pengelolaan kelas ada beberapa peran guru yang harus dilakukan sebagai berikut :

1. Peran guru sebagai pengajar

Peran ini mewajibkan guru menyampaikan sejumlah materi pelajaran sesuai dengan SK / KD yang berupa informasi, fakta, tugas, serta keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Untuk itu, guru harus menguasai materi pelajaran, metode mengajar, dan teknik-teknik evaluasi. Dalam peran ini guru dianggap sumber informasi dan sumber belajar utama. Oleh karena itu guru harus selalu menambah dan memperluas wawasannya dengan ilmu pengetahuan  dan teknologi yang sedang berkembang saat ini.

2. Peran guru sebagai pendidik

Tugas guru bukan saja mengajar, tetapi lebih dari itu, mengantar siswa menjadi manusia dewasa yang cakap dan berbudi luhur. Dalam hal ini, peranan guru dalam pembentukan sikap, mental, dan watak sangat dominan. Secara psikologis, siswa memerlukan guru di sekolah sebagai pengganti orang tuanya. Karena itu, guru harus memperhatikan siswa terutama sikap, tingkah laku, ketertiban, dan kedisiplinannya. Di samping itu, guru harus memperhatikan kebiasan-kebiasaan, kelainan-kelainan, kekhususan-kekhususan, kelebihan dan kekurangan masing-masing siswa.

3. Peran guru sebagai pemimpin

Peran guru tidak saja terbatas pada kelas, namun juga di luar kelas. Peran guru tidak hanya pada saat pelajaran berlangsung, tetapi juga sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung. Guru adalah pemimpin dan penanggungjawab utama di kelasnya. Karena itu, apa yang terjadi di kelas dan yang berkaitan dengan siswa secara langsung atau tidak langsung menjadi tanggung jawab guru.

Sehubungan dengan itu, guru harus banyak tahu tentang latar belakang siswanya, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Sebagai pemimpin kelas, guru harus mengadakan hubungan dengan sekolah lain, masyarakat sekitar sekolah, termasuk dalam memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut tata usaha dan administrasi kelas termasuk juga dalam lingkup peran guru sebagai manager kelas.

4. Peran guru sebagai supervisor

Secara ringkas, guru berperan sebagai EMAS ( educator, manager, administrator, supervisor )

Sile kirem e-mail kepada :
syamsulhendry@gmail.com

Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas adalah :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar-mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.

Pengertian Pengelolaan Kelas


Pendukung utama tercapainya tujuan pembelajaran adalah suasana kelas yang baik dalam arti yang seluas-luasnya. Karena itu, segala macam tindakan pembinaan pendidikan sepatutnyalah diarahkan pada kelas. Di kelaslah segala aspek pendidikan dan pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individunya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu, berpadu, dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pembelajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu, sudah selayaknyalah kelas dikelola secara baik, profesional, dan harus terus-menerus.


Yang dimaksud dengan kelas adalah ruangan belajar dan / atau rombongan belajar. Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar-mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Dengan demikian, pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan pembelajaran secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi / kondisi proses pembelajaran, dan pengaturan waktu sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kemampuan dan keterampilan dalam mengelola kelas seharusnya dimiliki oleh guru karena gurulah yang bertugas mengelola kelas. Guru harus mengetahui kondisi dan kekhususan kelasnya, baik yang menyangkut siswa mapun lingkungan fisik kelas.

Sile kirem e-mail kepada

syamsulhendry@gmail.com

Shalat tidak diterima karena Berhadas

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, "Tidak diterima shalat salah seorang di antara kalian apabila ia berhadats hingga ia berwudhu'." ( HR Imam Ibnu Khuzaimah. Imam Ibnu Khuzaimah; Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah; Bab ke-1 Bagian 9 Hadits 11 )

Cinta Rasul

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda, "Salah seorang di antara kalian belum dianggap beriman sehingga aku ( Nabi ) lebih kalian cintai daripada kedua orang tua kalian, anak-anak kalian serta seluruh manusia." ( HR Bukhari. Muhammad Nashiruddin al-Albani ; Mukhtashar Shahih Bukhari; Bab ke-2 Bagian 7 Hadits 12 )

Keterangan :

Alllah serta Rasul-Nya lebih berhak untuk dicintai daripada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. ( lihat QS 9 : 24 )

Minggu, 10 Maret 2013

Objek dalam Kalimat


Macam-macam jabatan kata dalam kalimat :

1.    Subjek ( S ) –→ keterangan S
 
2.    Predikat
 
3.    Objek = keterangan predikat yang rapat hubungannya

Ada empat macam objek :

            1)    Objek penderita ( O1 )

           Ciri-ciri objek penderita :

a.    Menderita / dikenai sasaran perbuatan / pekerjaan yang dinyatakan oleh P.
b.    Menderita / dikenai sasaran tindakan yang dilakukan oleh S.
c.    Menjadi hasil atau akibat pekerjaan yang dilakukan oleh S

Contoh :

Anshari / membuat / layang-layang.
     S                P            O. pend

Pemburu ulung / menembak / rusa.
            S                      P            O. pend

Pegangan untuk mencari / menetapkan objek penderita :
O1 = me-( P ) apa – S ?

Penggunaannya :

Tanya : Membuat apa adik ?
Jawab : Layang-layang. (O1 )

Tanya : Menembak apa pemburu ?
Jawab : Rusa. (O1 )

Kesimpulan :
a.    Bila pertanyaan itu terjawab, jawaban tersebut menunjukkan jabatan objek penderita.
b.    Sifat kata kerja yang menjabat P adalah kata kerja transitif.
c.    Bila pertanyaan itu tak terjawab, berarti tak ada objek penderita.
d.    Sifat kata kerja yang menjabat P adalah kata kerja tak transitif.

Kadang-kadang hubungan P dengan O penderita itu rapat sekali sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Ini disebut objek semu yang dalam uraian kalimat termasuk P saja.

Contoh : Ia / menaruh / perhatian.

Bukti bahwa antara P dan O itu rapat sekali karena sudah merupakan ungkapan. Kalimat tersebut tidak dapat dikembalikan dalam bentuk pasif.

Contoh : Perhatian ditaruhnya.
Ungkapan lain : mengangkat sumpah, menaruh dendam, menarik diri, menaruh minat, menawan hati.
 
            2)    Objek penyerta ( yang berkepentingan )( O2 )
Ciri-cirinya :
a.    Ikut serta melengkapi pekerjaan yang dinyatakan oleh P.
b.    Berkepentingan terhadap perbuatan yang dilakukan oleh S.

Pegangan untuk mencari / menetapkan objek penyerta :

O2 = untuk siapa S - P - O1 ?

Contoh :

Ayah / mencarikan / kami / nafkah.
  S             P                 O2        O1
Ibu / menjahitkan / adik / pakaian.
 S              P             O2         O1

Penggunaannya :

Tanya : Untuk siapa ayah mencarikan nafkah ?
Jawab : Kami. ( O2 )

Tanya : Untuk siapa ibu menjahitkan pakaian ?
Jawab : Adik. ( O2 )

Kalimat – kalimat tersebut dapat diucapkan lain dengan uraian jabatan yang sama.

Perhatikan : Ayah / mencari / nafkah / untuk kami.
                        S          P          O1                          O2

Ibu / menjahit / baju / untuk adik.
S          P            O1           O2

            3)    Objek pelaku ( O3 )

                 Ciri-cirinya :
a.    Objek pelengkap yang melakukan pekerjaan.
b.    Objek pelaku hanya terdapat dalam kalimat pasif.

Contoh : ( Kalimat – kalimat berikut jarang ditemui dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar )

Kami / dicarikan / nafkah / oleh ayah.
S              P                  O1          O3

Adik / dijahitkan / baju / oleh ibu.
S          P               O1                   O3

Nafkah / dicari / ( oleh ) ayah / untuk kami.
S               P                 O3                    O2

Baju / dijahit / ( oleh ) ibu / untuk adik.
S          P                      O3          O2

            Jadi, baik objek penderita maupun objek penyerta dalam kalimat aktif dapat menjadi
            subjek dalam kalimat pasif. Namun lazimnya objek penderita yang sering menjadi S.

            Pegangan untuk mencari / menetapkan Objek Pelaku :

            O3 = Oleh siapa - S - di-(P) / di-(P)-kan - O1 ?

            Contoh :

            Tanya : Oleh siapa baju dijahitkan ?
            Jawab : Oleh ibu. ( O3 )

            Tanya : Oleh siapa adik dijahitkan baju ?
            Jawab : Oleh ibu. ( O3 )

             4)    Objek berperangkai ( O4 )

                 Ciri-cirinya :
a.    Predikatnya terdiri dari kata kerja intransitif atau kata keadaan dan kata depan.
b.    Sebelum objek, terdapat kata perangkai.
c.    Tidak dapat dipasifkan.

Contoh :

Fayl / marah / akan adiknya.
  S        P         O4

Ibu / rindu / akan anaknya.
 S         P          O4

Mereka / berterima kasih / akan jasa-jasanya.
    S                  P                                  O4

Lain halnya dengan P yang terdiri dari kata memarahi, merindukan. Kalimat demikian dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

Contoh :
Fayl memarahi adiknya.                                 Adiknya dimarahi Fayl.
Ibu merindukan anaknya.                               Anaknya dirindukan ibu.

Beberapa golongan kata yang predikatnya berperangkai :
kasih akan,
benci terhadap
terdiri atas
bergantung pada
jatuh pada
berbicara tentang
bersangkut paut dengan
taat kepada

Kepustakaan :

1. Ambary, Drs. Abdullah. 1984. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatnika
2. Keraf, Gorys. 1970. Tatabahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
3. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
    Jakarta : Balai Pustaka
4. Tjiptadi, Drs. Bambang, ST. Negoro. 1985. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia.
    Bandung : Yudhistira



Sile layangkan kritik anda melalui e-mail kepada :
syamsulhendry@gmail.com

Predikat dalam Kalimat


Macam-macam jabatan kata dalam kalimat :

1.    Subjek ( S ) –→ keterangan S


2.    Predikat 

       Ciri – ciri Predikat :

       a.    Bagian yang menjelaskan / memberi keterangan tentang Subjek.
       b.    Menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apa S.
       c.    Umumnya terdari atas kata-kata kerja ( predikat verbal ) atau berupa
              kata benda, kata sifat, dan sebagainya ( predikat nominal ).
       d.    Intonasi kalimat : setelah jeda, suara menurun.

       Untuk mencari / menetapkan Predikat :

       P  =  Mengapa / bagaimana –"S

Contoh :

Tanya : Bagaimana / halaman sekolah kita ?
Jawab : Luas. ( P )

Tanya : Mengapa / sedang apa pemburu ulung ?
Jawab : Menembak rusa. ( P )

Keterangan Predikat :

Keterangan predikat terbagi atas 2 golongan :

a. Keterangan predikat yang amat rapat hubungannya dengan predikat.
    Itulah yang dinamakan objek. Umumnya kalimat yang predikatnya terdiri atas
    kata kerja transitif ( kalimat verbal ).
    Dalam sintaksis modern, keterangan predikat semacam ini biasa disebut objek.
b. Keterangan predikat yang renggang hubungannya dengan predikat.
    Dalam sintaksis modern, keterangan predikat semacam ini biasa disebut keterangan.

3. Objek = keterangan predikat yang rapat hubungannya

4. Keterangan

Kepustakaan :

1. Ambary, Drs. Abdullah. 1984. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatnika
2. Keraf, Gorys. 1970. Tatabahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
3. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
    Jakarta : Balai Pustaka
4. Tjiptadi, Drs. Bambang, ST. Negoro. 1985. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia.
    Bandung : Yudhistira


Sile layangkan kritik anda melalui e-mail kepada :
syamsulhendry@gmail.com