Penyakit Guru
Dipastikan penyakit guru ini bisa ditemukan di sekitar kita
dan sangat berbahaya bagi masa depan pendidikan di negeri kita :
AIDS : Angkuh, Iri, Dengki, Sombong
ASAM URAT : asal sampai materi urutan kurang akurat. Gejalanya
: materi tidak pernah diupdate.
ASAM URAT (ASAL SUSUN MATERI URUTAN TIDAK AKURAT). Sebagai guru profesional
seharusnya merancang/merencanakan apa yang akan diajarkan seperti membuat RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam pembuatan RPP jangan asal buat. Guru
yang profesional membuat RPP harus disesuaikan dengan keadaan sekolah dan
kondisi murid serta strategi, metode apa yang cocok, seberapa sulitnya
pelajaran juga diperhatikan. Ini semua dijadikan pertimbangan agar dalam
pelaksanaan nanti target dan sasaran mencapai setidaknya 99 % keberhasilan.
ASMA : asal masuk (kelas) aje. Gejalanya : banyak yang
beranggapan bahwa guru masuk kelas yang tidak membawa buku adalah guru yang
hebat. Padahal di setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu mengalami perubahan
yang harus dicatat. Padahal guru harus merevisi RPP dan silabus yang telah
dibuatnya. Penyakit ini lebih parah. Guru asal ada di dalam kelas, yang penting
anak tidak bising / hanya dijadikan robot. Anak didik disuruh diam yang penting
duduk manis. Jam berakhir guru keluar. Paradigma lama ini harus diubah dan kita
harus lebih profesional di dalam kelas. Guru yang kreatif dan menyenangkan akan
membuat anak lebih betah dan memahami apa yang diajarkannya. Caranya, kita
harus selalu berlatih dan memiliki pengetahuan dalam subjek matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki
pengetahuan konsep teoritik, mampu dalam proses belajar mengajar. Guru pun
harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman
terhadap subjek didik (murid).
BATUK : banyak tugas kelas
BATUK : baca ngantuk. Gejalanya : Guru malas membaca. Sekali
membaca ngantuk datang menyerang. Karena jarang membaca, ilmunya tidak
bertambah dan wawasannya tidak luas. Materi pembelajaran yang diberikan kepada
siswa tidak mengalami perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jadilah gurunya
guru jadul, kaku, bahkan ortodok.
DIARE : di kelas anak remehkan
GATAL : gaji tambah aktivitas lesu. Gejalanya : Gaji
ingin terus bertambah, tetapi melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti
sertifikasi sangat ambisius, padahal kurang memiliki kompetensi. Tujuan utamanya
ingin berpenghasilan tinggi dengan mendapat gaji / tunjangan profesi.
GINJAL : gajinya nihil jarang aktif dan lambat
HIPERTENSI : hilang perhatian terhadap nasib siswa
KANKER : kantong kering
KETOMBE : kebiasaan cakap tolol, malas, bego
KRAM : kurang terampil. Gejalanya : alat-alat ( labor,
pustaka, kelas ) yang berkarat, kotor, dan tidak terawat. Sebagai guru harus terampil menggunakan model pengajaran, strategi,
memanfaatkan teknologi yang lebih canggih sekalipun. Kita tahu guru masih ada
yang tidak bisa komputer / internet. Sebenarnya sebagai guru bisa memanfaatkan
teknologi untuk mengganti kita, agar anak didik kita lebih jelas memahami
pelajaran. Guru yang profesional seharusnya terampil mengelola kelas maupun
manajemen kelas. Agar anak didik kita betah dalam kelas dan tidak bosan ketika pelajaran
berlangsung. Ini akan meningkatkan mutu pendidikan kita.
KUDIS : kurang disiplin. Gejalanya
: kegiatan pembelajaran selesai sebelum lonceng keluar dibunyikan padahal awal
masuk kelas terlambat 15 menit. Guru model ini dalam mengemban tugasnya tidak
disiplin , datang terlambat, masuk kelas terlambat biasanya sudah waktu
mengajar masih ada di dalam kantor, tidak memanfaatkan waktu. Sebelum waktu selesai/bukan
waktunya, pulang duluan/keluar dulu. Jadi, mutu pendidikan berkurang. Karena
itu, kita sebagai guru seharusnya :
a. Malu
datang terlambat
b. Malu tidak mengajar
c. Malu pulang dulu
d. Malu tidak disiplin
e. Malu tidak membuat RPP, SILABUS, PROMES
b. Malu tidak mengajar
c. Malu pulang dulu
d. Malu tidak disiplin
e. Malu tidak membuat RPP, SILABUS, PROMES
KURAP : kurang rapi berpakaian
KUSTA : kurang strategi. Gejalanya
: banyak siswa yang keluar masuk saat dia mengajar. guru model ini masuk kelas
mengajar dengan tanpa strategi, sebagai guru yang profesional menggunakan tiga
strategi yang terfokus pada peningkatan kompetensi guru dalam mengevaluasi dan
meningkatkan kemampuan mengajar, serta pengembangan kompetesi guru menggunakan
strategi tersebut. Ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengunakan dan menuliskan studi kasus
pribadi sebagai catatan pengalaman mengajar;
b. Menggunakan beberapa strategi dalam
Studi Pelajaran (Lesson Study), terutama pengamatan dan pemodelan pengajaran di
kelas terbuka, refleksi kelompok dan perencanaan, serta
c. Menggunakan keterampilan PTK guna
peningkatan.
LESU : lemah sumber. Gejalanya : alergi dengan majalah
apalagi majalah sains, jurnal ilmiah. Guru kalau kurang sumber niscaya
dalam pelajaran berlangsung kurang bahan yang diajarkan jadi pengetahuan anak
didik kita berkurang. Karena itu sebagai pengajar harus banyak sumber baik
membaca berbagai buku/modul pelajaran, dari koran, majalah, internet. Kita
banyak sumber. Kalau perlu memakai nara sumber internet, kita tinggal
mengarahkan ke internet/link yang berhubungan dengan materi pelajaran yang
diajarkan guna menambah wawasan anak didik kita. Selain mengenalkan komputer/
internet kepada anak didik, kita dapat pelajaran juga. Ini semua untuk peningkatan
mutu pendidikan.
LIVER : lekas ingin pergi
MUAL : mutu amat lemah. Mutu pendidikan tergantung dari mutu
pelajaran yang diberikan kita. Kalau kita tidak bisa meningkatkan mutu
pendidikan kita, hal ini mempengaruhi mutu pendidikan anak kita yang tidak
diharapkan. Karena itu, kita tingkatkan mutu pendidikan ini dengan sering
mengikuti workshop, pelatihan program bermutu, sering berdikusi sesama sejawat
di forum/KKG membagi masalah/pengalaman kita sesama sejawat, agar semua problem
/ permasalahan dapat diatasi. Setidaknya hal itu akan meningkatkan kompetensi
kita sebagai guru.
PROSTAT : program dan strategi tidak dicatat
STRUK : suka terlambat untuk masuk kelas
TBC : tidak bisa computer. Gejalanya : dapat dilihat
pada kemampuannya dalam menjinakkan mouse di depan komputer.
TBC
(TIDAK BANYAK CARA) : Guru ini dalam mengajar hanya asal
mengajar tanpa cara bagaimana anak didik ini mengerti/memahami pelajaran yang
diberikan oleh bapak/ibu guru pengajar. Guru yang profesional harus banyak cara
/ model pelajaran agar anak memahami pelajaran yang diberikan kita. Kalau perlu
butuh nara sumber dari luar kita harus mendatangkan ke dalam kelas contohnya
pelajaran IPS tentang pemerintahan kita dapat mendatangkan nara sumber seperti
Kepala Desa/Camat. Apalagi sekarang teknologi tambah canggih jadi bisa memakai
/memanfaatkan teknologi itu. Contohnya tape recorder, televisi, video,
komputer, internet.
TIPUS : tidak punya selera. Gejalanya : ketika bel
tanda masuk telah berbunyi, guru yang mempunyai gelaja tipus sibuk mencari
teman sejawat yang juga masuk kelas pada jam tersebut untuk diajak bebual terlebih
dahulu. Kalau pendidik/pengajar tidak punya selera mengajar
yang lebih baik jangan harap guru yang notabene telah bersertifikat tersebut berhasil
meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, guru harus punya selera mengajar yang
lebih baik dengan niat yang sungguh-sungguh untuk mengajar/mendidik anak dengan
kemauan untuk belajar dan belajar guna meningkatkan mutu pendidikan dengan cara
mengikuti pelbagai pelatihan, workshop, seminar, diskusi dalam forum/KKG. Hanya
dengan niat yang iklas dan kemauan yang kuat kita bisa mengubah mutu pendidikan.
Tidak hanya dengan sertifikat pendidik dan uang sertifikasi sebab semua itu
akan menjadi haram jika guru tidak menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagaimana yang termaktub dalam UU, PP, Permen.
WTS
(WAWASAN TIDAK LUAS) Guru yang profesional seharusnya
mempunyai wawasan lebih luas. Segala hal untuk mengajar seperti macam-macam model
pembelajaran apalagi model pembelajaran terbaru/terkini agar kita tidak
ketinggalan. Teknologi canggih dapat mendukung proses pembelajaran kita serta
untuk meningkatkan wawasan anak didik kita.
Komentar
Posting Komentar