# Mengajar tanpa menggurui # Memberi nasehat tanpa merasa lebih hebat #

Senin, 14 Mei 2012

Penyakit Guru


Dipastikan penyakit guru ini bisa ditemukan di sekitar kita dan sangat berbahaya bagi masa depan pendidikan di negeri kita :

AIDS : Angkuh, Iri, Dengki, Sombong

ASAM URAT : asal sampai materi urutan kurang akurat. Gejalanya : materi tidak pernah diupdate.
ASAM URAT (ASAL SUSUN MATERI URUTAN TIDAK AKURAT). Sebagai guru profesional seharusnya merancang/merencanakan apa yang akan diajarkan seperti membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam pembuatan RPP jangan asal buat. Guru yang profesional membuat RPP harus disesuaikan dengan keadaan sekolah dan kondisi murid serta strategi, metode apa yang cocok, seberapa sulitnya pelajaran juga diperhatikan. Ini semua dijadikan pertimbangan agar dalam pelaksanaan nanti target dan sasaran mencapai setidaknya 99 % keberhasilan.

ASMA : asal masuk (kelas) aje. Gejalanya : banyak yang beranggapan bahwa guru masuk kelas yang tidak membawa buku adalah guru yang hebat. Padahal di setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu mengalami perubahan yang harus dicatat. Padahal guru harus merevisi RPP dan silabus yang telah dibuatnya. Penyakit ini lebih parah. Guru asal ada di dalam kelas, yang penting anak tidak bising / hanya dijadikan robot. Anak didik disuruh diam yang penting duduk manis. Jam berakhir guru keluar. Paradigma lama ini harus diubah dan kita harus lebih profesional di dalam kelas. Guru yang kreatif dan menyenangkan akan membuat anak lebih betah dan memahami apa yang diajarkannya. Caranya, kita harus selalu berlatih dan memiliki pengetahuan dalam subjek matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu dalam proses belajar mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap subjek didik (murid).

BATUK : banyak tugas kelas
BATUK : baca ngantuk. Gejalanya : Guru malas membaca. Sekali membaca ngantuk datang menyerang. Karena jarang membaca, ilmunya tidak bertambah dan wawasannya tidak luas. Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa tidak mengalami perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jadilah gurunya guru jadul, kaku, bahkan ortodok.

DIABETES : di hadapan anak bekerja tidak serius

DIARE : di kelas anak remehkan

GATAL : gaji tambah aktivitas lesu. Gejalanya : Gaji ingin terus bertambah, tetapi melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti sertifikasi sangat ambisius, padahal kurang memiliki kompetensi. Tujuan utamanya ingin berpenghasilan tinggi dengan mendapat gaji / tunjangan profesi.

GINJAL : gajinya nihil jarang aktif dan lambat

HIPERTENSI : hilang perhatian terhadap nasib siswa

KANKER : kantong kering

KETOMBE : kebiasaan cakap tolol, malas, bego

KRAM : kurang terampil. Gejalanya : alat-alat ( labor, pustaka, kelas ) yang berkarat, kotor, dan tidak terawat. Sebagai guru harus terampil menggunakan model pengajaran, strategi, memanfaatkan teknologi yang lebih canggih sekalipun. Kita tahu guru masih ada yang tidak bisa komputer / internet. Sebenarnya sebagai guru bisa memanfaatkan teknologi untuk mengganti kita, agar anak didik kita lebih jelas memahami pelajaran. Guru yang profesional seharusnya terampil mengelola kelas maupun manajemen kelas. Agar anak didik kita betah dalam kelas dan tidak bosan ketika pelajaran berlangsung. Ini akan meningkatkan mutu pendidikan kita.

KUDIS : kurang disiplin. Gejalanya : kegiatan pembelajaran selesai sebelum lonceng keluar dibunyikan padahal awal masuk kelas terlambat 15 menit. Guru model ini dalam mengemban tugasnya tidak disiplin , datang terlambat, masuk kelas terlambat biasanya sudah waktu mengajar masih ada di dalam kantor, tidak memanfaatkan waktu. Sebelum waktu selesai/bukan waktunya, pulang duluan/keluar dulu. Jadi, mutu pendidikan berkurang. Karena itu, kita sebagai guru seharusnya :
a. Malu datang terlambat
b. Malu tidak mengajar
c. Malu pulang dulu
d. Malu tidak disiplin
e. Malu tidak membuat RPP, SILABUS, PROMES
KURAP : kurang rapi berpakaian

KUSTA : kurang strategi. Gejalanya : banyak siswa yang keluar masuk saat dia mengajar. guru model ini masuk kelas mengajar dengan tanpa strategi, sebagai guru yang profesional menggunakan tiga strategi yang terfokus pada peningkatan kompetensi guru dalam mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan mengajar, serta pengembangan kompetesi guru menggunakan strategi tersebut. Ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a.     Mengunakan dan menuliskan studi kasus pribadi sebagai catatan pengalaman mengajar;
b.     Menggunakan beberapa strategi dalam Studi Pelajaran (Lesson Study), terutama pengamatan dan pemodelan pengajaran di kelas terbuka, refleksi kelompok dan perencanaan, serta
c.      Menggunakan keterampilan PTK guna peningkatan.

LESU : lemah sumber. Gejalanya : alergi dengan majalah apalagi majalah sains, jurnal ilmiah. Guru kalau kurang sumber niscaya dalam pelajaran berlangsung kurang bahan yang diajarkan jadi pengetahuan anak didik kita berkurang. Karena itu sebagai pengajar harus banyak sumber baik membaca berbagai buku/modul pelajaran, dari koran, majalah, internet. Kita banyak sumber. Kalau perlu memakai nara sumber internet, kita tinggal mengarahkan ke internet/link yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan guna menambah wawasan anak didik kita. Selain mengenalkan komputer/ internet kepada anak didik, kita dapat pelajaran juga. Ini semua untuk peningkatan mutu pendidikan.

LIVER : lekas ingin pergi

MUAL : mutu amat lemah. Mutu pendidikan tergantung dari mutu pelajaran yang diberikan kita. Kalau kita tidak bisa meningkatkan mutu pendidikan kita, hal ini mempengaruhi mutu pendidikan anak kita yang tidak diharapkan. Karena itu, kita tingkatkan mutu pendidikan ini dengan sering mengikuti workshop, pelatihan program bermutu, sering berdikusi sesama sejawat di forum/KKG membagi masalah/pengalaman kita sesama sejawat, agar semua problem / permasalahan dapat diatasi. Setidaknya hal itu akan meningkatkan kompetensi kita sebagai guru.

PROSTAT : program dan strategi tidak dicatat

REMATIK : rendah motivasi, anak tidak simpatik

STRUK : suka terlambat untuk masuk kelas

TBC : tidak bisa computer. Gejalanya : dapat dilihat pada kemampuannya dalam menjinakkan mouse di depan komputer.
TBC (TIDAK BANYAK CARA) : Guru ini dalam mengajar hanya asal mengajar tanpa cara bagaimana anak didik ini mengerti/memahami pelajaran yang diberikan oleh bapak/ibu guru pengajar. Guru yang profesional harus banyak cara / model pelajaran agar anak memahami pelajaran yang diberikan kita. Kalau perlu butuh nara sumber dari luar kita harus mendatangkan ke dalam kelas contohnya pelajaran IPS tentang pemerintahan kita dapat mendatangkan nara sumber seperti Kepala Desa/Camat. Apalagi sekarang teknologi tambah canggih jadi bisa memakai /memanfaatkan teknologi itu. Contohnya tape recorder, televisi, video, komputer, internet.

TIPUS : tidak punya selera. Gejalanya : ketika bel tanda masuk telah berbunyi, guru yang mempunyai gelaja tipus sibuk mencari teman sejawat yang juga masuk kelas pada jam tersebut untuk diajak bebual terlebih dahulu. Kalau pendidik/pengajar tidak punya selera mengajar yang lebih baik jangan harap guru yang notabene telah bersertifikat tersebut berhasil meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, guru harus punya selera mengajar yang lebih baik dengan niat yang sungguh-sungguh untuk mengajar/mendidik anak dengan kemauan untuk belajar dan belajar guna meningkatkan mutu pendidikan dengan cara mengikuti pelbagai pelatihan, workshop, seminar, diskusi dalam forum/KKG. Hanya dengan niat yang iklas dan kemauan yang kuat kita bisa mengubah mutu pendidikan. Tidak hanya dengan sertifikat pendidik dan uang sertifikasi sebab semua itu akan menjadi haram jika guru tidak menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana yang termaktub dalam UU, PP, Permen.

WTS (WAWASAN TIDAK LUAS) Guru yang profesional seharusnya mempunyai wawasan lebih luas. Segala hal untuk mengajar seperti macam-macam model pembelajaran apalagi model pembelajaran terbaru/terkini agar kita tidak ketinggalan. Teknologi canggih dapat mendukung proses pembelajaran kita serta untuk meningkatkan wawasan anak didik kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar