# Mengajar tanpa menggurui # Memberi nasehat tanpa merasa lebih hebat #

Minggu, 23 Oktober 2016

Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Menengah

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik

Modul 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

TUJUAN KHUSUS
  1. Menjelaskan kaitan antara pertumbuhan fisik dan jasmani dengan perkembangan intelektual
  2. Menjelaskan kaitan antara perkembangan intelektual dan emosional
  3. Menjelaskan kaitan antara perkembangan sosial, nilai-nilai moral, dan sikap
  4. Menjelaskan perbedaan individu anak usia sekolah menengah
  5. Menjelaskan jenis-jenis kebutuhan anak usia sekolah menengah
Kegiatan Belajar 3
Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Menengah

A. Perbedaan Kemampuan

Perbedaan secara fisik dapat diamati langsung oleh guru dengan memperhatikan postur tubuh siswa. Informasi tentang keadaan fisik ini mesti menjadi salah satu pertimbangan guru dalam menempatkan tempat duduk siswa.
Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan dalam tingkat kecerdasan, kepribadian, minat, sikap, dan kebiasaan belajar.
Perbedaan individual siswa sekolah menengah dapat dibedakan berdasarkan perbedaan kemampuan potensial dan kemampuan nyata. Kemampuan potensial ( potensial ability ) adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri siswa yang diperolehnya dari pembawaan. Kemampuan nyata ( actual ability ) adalah kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji. Kemampuan nyata disebut juga prestasi belajar ( achievement ).

B. Perbedaan dalam Inteligensi

Perbedaan inteligensi merujuk kepada bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak. Inteligensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku. Aspek inteligensi meliputi bagaimana individu memperhatikan, mengamati, mengingat, mengkhayal, memikirkan, dst. Bagaimana individu belajar dan apa yang dipelajarinya sangat dipengaruhi oleh kemampuan intelegensinya.

Intelegensi adalah kemampuan umum seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah. Menurut Heim dalam Dennis Child, perilaku intelegensi merupakan kemampuan memahami hal-hal penting dalam situasi tertentu dan mampu memberikan tanggapan yang sesuai serta mampu mengatasi situasi tertentu lebih baik daripada yang lain.

Indikator perilaku inteligensi menurut Whiterington antara lain :
1.       Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2.       Efisiensi dalam berbahasa
3.       Kecepatan dalam pengamatan
4.       Kemudahan dalam mengingat
5.       Kemudahan dalam memahami hubungan
6.       Imajinasi

Vernon dalam Dennis Child menjelaskan inteligensi dalam tiga kategori yaitu biologis, psikologis, dan operasional. Secara biologis lebih menekankan kemampuan individu dalam mengadaptasi diri terhadap rangsangan lingkungan. - [Piaget]Secara psikologis lebih menekankan pada efisiensi mental dan kapasitas pemahaman abstrak yang diperlukan dalam menggunakan bahasa simbol. Formula dari Spearmen’s tentang perilaku inteligen merupakan pendidikan tentang korelasi dan relasi, merupakan contoh definisi secara psikologis. Pendekatan ini lebih banyak memperhitungkan konsep-konsep umum yang lebih abstrak, lebih mengakui keterampilan-keterampilan hitungan angka dan tilikan ruang.


Secara operasional perilaku intelegensi melibatkan spesifikasi perilaku inteligen secara lebih rinci dan menemukan cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.

Thurstone mengatakan teori uni-faktor yaitu inteligensi merupakan faktor yang tunggal.

Spearman memperkenalkan teori dua faktor yaitu faktor general factor dan specific factor.

Guilford mengetengahkan teori multi-faktor atau lebih dikenal dengan Guilford’s Structure of Intellect yang memberi gambaran adanya 150 faktor kemampuan pada manusia.

Howard Gardner memperkenalkan teori Multiple Inteligences, yaitu bahwa inteligensi manusia terdiri dari 8 inteligensi ( bahasa, logis-matematis, tilikan ruang, bodily-kinesthetic, music, antarpribadi, intrapribadi, dan naturalis ).

Pengelompokan inteligensi didasarkan pada ukuran yang dikenal dengan IQ ( intelligence quotient ) diperoleh dengan memberikan seperangkat tes inteligensi kepada siswa yang dites.


C. Perbedaan dalam Kepribadian

Kepribadian – personality ( Inggris )
Personae ( Yunani ) berarti topeng
Kepribadian itu adalah perilaku yang ditampilkan oleh seseorang dalam situasi tertentu. Kepribadian itu adalah suatu yang relative permanen ada pada diri individu.

Gage dan Berliner menyatakan bahwa kepribadian merupakan keterpaduan seluruh ciri-ciri individu, kemampuan, motivasi sebagaimana ditampilkan dalam temperamen, sikap, pendapat, keyakinan, respons emosional, gaya kognitif, karakter, dan moral.

Kepribadian menurut Allport dalam Sumadi Suryabrata adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. 
Organisasi dinamis memberikan gambaran bahwa kepribadian itu senantiasa berkembang dan berubah.
Psikofisis mengindikasikan bahwa kepribadian bukan semata-mata mental melainkan melingkupi kerja fisik dan psikis dalam kesatuan pribadi. kepribadian mengandung kecenderungan merupakan faktor penentu yang berperan aktif dalam menentukan perilaku individu. Kepribadian ditampilkan secara khas secara individual. Tidak ada individu yang memiliki cara yang sama dalam melakukan penyesuaian terhadap lingkungan.

Remaja sering bertingkah yang penting tampil beda untuk membedakan bahwa ia bukan anak-anak lagi.

Dalam pandangan Erikson dalam Gage Berliner, masa remaja adalah masa Sturm und Drang ( masa angin-anginan ). Masalah yang sering muncul pada usia remaja ini adalh membangun identitas diri.  Para remaja mencari identitas dirinya. Kegagalan remaja mengatasi krisis identitas menyebabkan kegagalan remaja menjadi orang dewasa yang memiliki kepribadian terpadu.

Apakah Anda telah mencermati dan memahami paparan tentang perbedaan individual yang utama pada diri anak usia sekolah menengah di atas ? Di sinilah peran penting guru di sekolah untuk membantu memudahkan penemuan identitas diri remaja. Sebagai guru, penting pula dipahami bahwa jenis kebutuhan anak pun berbeda-beda. Dengan menyadari kebutuhan anak berbeda-beda, diharapkan guru bisa mengambil sikap dan tindakan yang tepat dalam rangka pemenuhan kebutuhan para siswanya.

Setiap manusia melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kebutuhan viscerogenic adalah kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, dan lain sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Sedangkan kebutuhan psychogenic adalah kebutuhan sosial atau social motives. Kebutuhan sosial ini merupakan sumbangan teori Murray yang berpengaruh hingga saat sekarang.

Murray mencoba memilah kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan sebagai berikut :
1. Abasement needs
2. Needs for achievement
3. Needs for affiliation
4. Needs for aggression
5. Autonomy needs
6. Counteraction
7. Defendance needs
8. Deference needs
9. Needs for dominance
10. Exhibition
11. Harmavoidance
12. Infavoidance
13. Nurturance
14. Order
15. Play
16. Rejection
17. Sentience
18. Sex
19. Succorance
20. Understanding

Kebutuhan-kebutuhan tersebut di atas lebih bersifat dipelajari dan bersifat khas pada kebudayaan tertentu. Dalam konsep Murray, kebutuhan diartikan sebagai kekuatan yang mempengaruhi persepsi dan tindakan untuk mengatasi ketidaknyamanan situasi yang berlangsung. Dengan demikian, kita diingatkan kepada konsep keseimbangan dalam arti bahwa manusia senantiasa mencari keseimbangan.

Kebutuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaktu faktor internal dan eksternal.

Kebutuhan yang dominan terdapat pada anak usia sekolah menengah dari 20 kebutuhan konsep Murray tersebut adalah : (1) needs for affiliation; (2) needs for aggression; (3) autonomy needs; (4) counteraction; (5) needs for dominance; (6) exhibition; (7) sex. Melihat kajian tentang kebutuhan pada siswa sekolah menengah berdasarkan konsep kebutuhan Murray, seorang guru semestinya peka terhadap kebutuhan siswanya pada masa remaja (terutama nomor 7). Sebagai guru, Anda dapat menciptakan suasana kelas yang demokratis, merencanakan pembelajaran yang bervariasi, serta mengadakan hubungan atau komunikasi dengan menggunakan pendekatan pribadi.



Sumber :

Buku Materi Pokok Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Modul 3 Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah
Prof. Dr. Mulyani Sumantri, M.Sc.
Jakarta : Universitas Terbuka, 2012

1 komentar: