JABATAN KATA DALAM KALIMAT
Untuk menjawab
pertanyaan mahasiswa S-1 PGSD FKIP Universitas Terbuka, Pokjar Dabo Singkep,
kali ini saya akan menjelaskan apa dan bagaimana subjek, predikat, objek, dan
keterangan dalam kalimat.
Secara
sintaksis, kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks ( wacana ) yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan
kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru;
dan sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi
atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek
yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik ( . ), tanda tanya ( ? ), dan tanda
seru ( ! ) sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca lainnya
sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah
tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru (perintah) dan ruang kosong sebelum
huruf kapital permulaan. Alunan titinada, pada kebanyakan hal, tidak ada
padanannya dalam bentuk tertulis.
Panjang pendek
kalimat sesuai dengan banyak sedikitnya jumlah dan jenis jeda, liukan, alunan
titinada, dan jumlah katanya. Kalimat bisa terdiri dari satu kata, beberapa
kata, beberapa frase, beberapa klausa, atau variasi antara kata, frase, dan
klausa.
Kata atau
kelompok kata merupakan pembentuk utama kalimat. Dalam kalimat terdapat pula
pengaturan hubungan antara bagian-bagiannya sehingga kata atau kelompok kata
mempunyai fungsi atau jabatan tertentu.
Perhatikan
contoh-contoh berikut :
1.
Adik dokter.
S P
2. Halaman
/ sekolah kita luas.
S Ket. S P
3. Ibnaty menyanyi
/ sangat merdu.
S P Ket. kualitas
4. Pemburu
/ ulung menembak
/ rusa.
S Ket. S P O Pend.
5. Siapa yang
membolos ?
S P
6. Berekreasi
/ ke pegunungan sangat
menyenangkan.
S Ket. Tempat P
7. Baju
/ seragam sekolah dipakai
/ adik.
S Ket. S P O Pelaku
8. Kakakku
/ yang sulung telah
berangkat / ke Irian / kemarin.
S Ket. S P Ket. Tempat Ket. Waktu
Pada
contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa kalimat-kalimat terbagi menjadi dua
bagian yang besar, yaitu bagian subjek yang menjadi pangkal pembicaraan dan
bagian predikat yang memberi keterangan / penjelasan tentang subjek. Subjek dan
predikat terbentuk oleh sepatah atau beberapa kata. Itu berarti baik dalam
subjek maupun dalam predikat ada bagian yang lebih kecil seperti terlihat dalam
uraian jabatan pada tiap kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada
subjek dalm arti sempit dan luas. Begitu pula dalam predikat.
Pengaturan
hubungan pada kalimat-kalimat di atas, menunjukkan ada bagian pelaku, ada
bagian yang menunjukkan perbuatan, ada bagian waktu terjadinya perbuatan atau
tempat terjadinya perbuatan, dan sebagainya. Itulah yang dimaksud dengan
jabatan kata / kelompok kata dalam kalimat. Ada istilah lain yang berkembang
untuk kata atau kelompok kata pendukung fungsi dalam kalimat yaitu gatra.
Dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang berjabatan sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kalimat itu sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan. Jika kalimat itu tidak mempunyai subjek atau predikat, kalimat itu dinyatakan sebagai kalimat tidak sempurna atau kalimat elips.
Dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang berjabatan sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kalimat itu sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan. Jika kalimat itu tidak mempunyai subjek atau predikat, kalimat itu dinyatakan sebagai kalimat tidak sempurna atau kalimat elips.
Macam-macam
jabatan kata dalam kalimat :
1. Subjek ( S ) –→
keterangan S
Ciri-ciri Subjek :
a. Sesuatu
yang menjadi pangkal pembicaraan yang hal-ikhwalnya diberitahukan / diterangkan
oleh P.
b. Umumnya
terdiri atas kata benda atau yang dibendakan.
c. Intonasi
kalimat : suara menaik dan disusul dengan jeda.
Untuk mencari / menetapkan subjek :
S = Apa / siapa
–→
P
Contoh :
Tanya : Apa yang
luas ?
Jawab : Halaman
sekolah kita. ( S )
Tanya : Siapa
yang menembak rusa ?
Jawab : Pemburu
ulung. ( S )
Keterangan Subjek
Subjek sering
diperluas dengan keterangan-keterangan. Keterangan itu disebut keterangan
subjek.
Contoh :
Rumah besar itu / terbakar.
S Ket. S P
Anak menghafal / jangan diganggu.
S Ket. S P
Sering pula
keterangan S itu dapat menggantikan kedudukan S. Keterangan yang demikian
disebut aposisi.
Contoh :
Jakarta, ibu kota Republik Indonesia, sangat
ramai.
S aposisi P
Taufik, anak pak Nurdin, sakit keras.
S aposisi P
Subjek dalam
kalimat-kalimat tersebut dapat dihilangkan sehingga berbunyi :
Ibu kota Republik Indonesia / sangat
ramai.
S P
Anak pak Nurdin / sakit keras.
S P
Dengan
demikian, aposisi atau gelaran ialah keterangan yang dapat mengganti jabatan
kata yang diterangkan atau yang sama arti / maksudnya dengan yang diterangkan.
Beda Keterangan Subjek dengan Predikat
1.
Hubungan keterangan S dengan S lebih rapat daripada hubungan S dengan P.
2.
Yang menentukan rapat atau renggangnya ialah intonasi kalimat.
2.
Predikat
a. Objek
= keterangan predikat yang rapat hubungannya
1)
Objek penderita
2)
Objek penyerta
3)
Objek pelaku
4)
Objek berperangkai
b. Keterangan
= yang renggang hubungannya dengan predikat
1)
Keterangan waktu
2)
Keterangan tempat
3)
Keterangan alat
4)
Keterangan sebab
5)
Keterangan akibat
6)
Keterangan maksud / tujuan
7)
Keterangan syarat
8)
Keterangan perlawanan
9)
Keterangan perwatasan
10)
Keterangan situasi / hal
11)
Keterangan kualitas
12)
Keterangan kuantitas
13)
Keterangan derajat
14)
Keterangan perbandingan
15)
Keterangan kesertaan
16)
Keterangan pengandaian
17)
Keterangan modalitas
18)
Keterangan aspek
Kepustakaan :
1. Ambary, Drs. Abdullah. 1984. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatnika
2. Keraf, Gorys. 1970. Tatabahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
3. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
4. Tjiptadi, Drs. Bambang, ST. Negoro. 1985. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia.
Bandung : Yudhistira
Sile layangkan kritik anda melalui e-mail kepada :
syamsulhendry@gmail.com
Kepustakaan :
1. Ambary, Drs. Abdullah. 1984. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatnika
2. Keraf, Gorys. 1970. Tatabahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
3. Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
4. Tjiptadi, Drs. Bambang, ST. Negoro. 1985. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia.
Bandung : Yudhistira
Sile layangkan kritik anda melalui e-mail kepada :
syamsulhendry@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar