# Minta maaflah bile blog ni tak sempughne # Manje nak bebagi kepade sesame #
Minggu, 06 Desember 2015
Senin, 30 November 2015
Wajah Berseri adalah Perbuatan Baik
Rasulullah saw. bersabda, "Setiap perbuatan baik adalah sedekah, dan sesungguhnya termasuk perbuatan baik adalah jika engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." ( HR Tirmidzi )
Menuntut Ilmu, Jalan Menuju Surga
Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah orang yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, melainkan Allah akan memudahkan jalannya menuju surga." ( HR Abu Dawud )
Fatwa tanpa Ilmu
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang diberi fatwa tanpa berdasarkan ilmu, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberi fatwa tersebut." ( HR Abu Dawud )
Dekat dengan Rasulullah
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." ( HR Tirmidzi )
Lemah Lembut
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa mengharamkan lemah lembut, maka diharamkan pula untuknya dari kebaikan." ( HR Ibnu Majah )
Kebaikan Anak Adam 700 kali
Rasulullah saw. bersabda, "Setiap amal perbuatan anak Adam akan digandakan baginya, 1 kebaikan dibalas dengan 10 kebaikan serupa hingga 700 kali lipat." (HR Ibnu Majah)
Jumat, 13 November 2015
Terima Kasih Wahai Tuhanku, Engkau tlah Panjangkan Umurku
Wahai Tuhan yang Maha Pengampun, ampunilah segala dosa-dosaku
Wahai Tuhan yang Maha Bijaksana, bimbinglah hidupku yang tersisa ini
Yaa Allah, ampunilah dosaku yang aku dahulukan
dan yang aku kemudiankan
yang aku rahasiakan
dan yang aku lahirkan
dan yang tlah kulakukan
dan ampunilah pula dosa-dosaku
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku sendiri
Engkaulah yang mendahulukan, yang mengemudiankan,
tidak ada Tuhan melainkan Engkau.
Yaa Allah, sesungguhnya kumohon kepada-Mu
petunjuk, taqwa, 'iffah, dan kekayaan jiwa.
Yaa Allah, Engkau telah membaikkan kejadianku,
maka baikkan pulalah akhlakku.
Yaa Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih.
Yaa Allah, baikkanlah kesudahan dari segala urusan kami
dan lepaskanlah kami dari kehinaan dunia dan dari azab neraka
Yaa Allah, ampunilah segala kesalahanku,
kebodohanku,
keterlaluanku dalam urusanku,
dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku.
Yaa Allah, ampunilah kesungguhanku,
keteledoranku,
kesemuanya itu ada pada diriku.
Yaa Allah, aku tak sanggup menahan siksa neraka-Mu
Yaa Allah, aku tidaklah layak mereguk nikmat surga-Mu
Ampunilah aku, yaa Allaah.
Yaa Allah, kepada-Mu
aku menyerahkan diri,
dan dengan Engkau aku beriman,
kepada-Mu aku bertawakkal,
dan kepada-Mu aku kembali,
dan dengan Engkau aku membela diri,
aku berlindung dengan keperkasaan-Mu
Tiada Tuhan melainkan Engkau
Janganlah Engkau menyesatkan aku
Engkaulah yang hidup yang tak pernah mati
sedang jin dan manusia semua, mati
Dabo Singkep, 13 November 2015
tlah berkuranglah kuota hidupku di dunia ini
Wahai Tuhan yang Maha Bijaksana, bimbinglah hidupku yang tersisa ini
Yaa Allah, ampunilah dosaku yang aku dahulukan
dan yang aku kemudiankan
yang aku rahasiakan
dan yang aku lahirkan
dan yang tlah kulakukan
dan ampunilah pula dosa-dosaku
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku sendiri
Engkaulah yang mendahulukan, yang mengemudiankan,
tidak ada Tuhan melainkan Engkau.
Yaa Allah, sesungguhnya kumohon kepada-Mu
petunjuk, taqwa, 'iffah, dan kekayaan jiwa.
Yaa Allah, Engkau telah membaikkan kejadianku,
maka baikkan pulalah akhlakku.
Yaa Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih.
Yaa Allah, baikkanlah kesudahan dari segala urusan kami
dan lepaskanlah kami dari kehinaan dunia dan dari azab neraka
Yaa Allah, ampunilah segala kesalahanku,
kebodohanku,
keterlaluanku dalam urusanku,
dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya dariku.
Yaa Allah, ampunilah kesungguhanku,
keteledoranku,
kesemuanya itu ada pada diriku.
Yaa Allah, aku tak sanggup menahan siksa neraka-Mu
Yaa Allah, aku tidaklah layak mereguk nikmat surga-Mu
Ampunilah aku, yaa Allaah.
Yaa Allah, kepada-Mu
aku menyerahkan diri,
dan dengan Engkau aku beriman,
kepada-Mu aku bertawakkal,
dan kepada-Mu aku kembali,
dan dengan Engkau aku membela diri,
aku berlindung dengan keperkasaan-Mu
Tiada Tuhan melainkan Engkau
Janganlah Engkau menyesatkan aku
Engkaulah yang hidup yang tak pernah mati
sedang jin dan manusia semua, mati
Dabo Singkep, 13 November 2015
tlah berkuranglah kuota hidupku di dunia ini
Kamis, 29 Oktober 2015
Analisis Butir Soal dengan Komputer
ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN KOMPUTER
A. Pengertian
Analisis butir soal dengan komputer maksudnya adalah
penelaahan butir soal secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan
bantuan program komputer. Analisis data dengan menggunakan program komputer
adalah sangat tepat. Karena tingkat keakuratan hitungan dengan menggunakan
program komputer lebih tinggi bila dibandingkan dengan diolah secara manual
atau menggunakan kalkulator/ tangan. Program komputer yang digunakan untuk
menganalisis data modelnya bermacam-macam tergantung tujuan dan maksud analisis
yang diperlukan.
Program yang sudah dikenal secara umum adalah EXCEL,
SPSS (Statitistical Program for Social Science), atau program khusus seperti
ITEMAN (analisis secara kiasik), RASCAL, ASCAL, BILOG (analisis secara item
respon teori atau IRT), FACETS (analisis model Rasch untuk data kualitati f).
Untuk memahami program-program komputer di atas, bacalah manual programnya
secara saksama, kemudian praktikkan dengan menggunakan program komputer sebagai
latihannya. Berikut ini akan disajikan contoh program analisis data dengan
menggunakan komputer, seperti program ITEMAN, RASCAL, ASCAL, BIGSTEP, QUEST.
Selamat berlatih!
B.
ITEMAN
ITEMAN merupakan program komputer yang digunakan untuk
menganalisis butir soal secara klasik. Program ini termasuk satu paket program
dalam MicroCAT°n
yang dikembangkan oleh Assessment Systems Corporation mulai tahun 1982 dan
mengalami revisi pada tahun 1984, 1986, 1988, dan 1993; mulai dari versi 2.00
sampai dengan versi 3.50.
Program ini dapat digunakan untuk: (1) menganalisis
data file (format ASCII) jawaban butir soal yang dihasilkan melalui manual
entry data atau dari mesin scanner; (2) menskor dan menganalisis data soal
pilihan ganda dan skala Likert untuk 30.000 siswa dan 250 butir soal; (3)
menganalisis sebuah tes yang terdiri dari 10 skala (subtes) dan memberikan
informasi tentang validitas setiap butir (daya pembeda, tingkat kesukaran,
proporsi jawaban pada setiap option), reliabilitas (KR-20/Alpha), standar error
of measurement, mean, variance, standar deviasi, skew, kurtosis untuk jumlah
skor pada jawaban benar, skor minimum dan maksimum, skor median, dan frekuensi
distribusi skor,
C.
EXCEL
Excel merupakan sebuah program pengolalah data yang
biasa dinamakan "spreadsheet". Karena program ini dapat digunakan
untuk mengolah data yang berupa angka ataupun lainnya. Ada dua cara mengolah
data dengan Excel, yaitu (1) melalui program bantu khusus perhitungan statistik
dan (2) melalui fungsi statistik yang terdapat di dalam Excel.
Oleh karena itu tidak semua program Statistik ada di
program Excel, seperti halnya Uji Validitas butir soal baik soal pilihan ganda
maupun bentuk uraian, uji reliabilitas baik bentuk pilihan ganda, uraian maupun
reliabilitas non-tes, dalam hal ini harus disain secara manual. Karena di dalam
program ini tidak tersedia program tersebut.
D.
SPSS
(Statistical Program for Social Science)
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
butir soal,
hasil tes,
iteman,
uji reliabilitas,
uji validitas,
validitas soal
Analisis Butir Soal dengan Kalkulator
ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN KALKULATOR
A. Pengertian
Analisis butir soal dengan kalkulator maksudnya adalah
penelaahan butir soal secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan
bantuan kalkulator. Kalkulator yang digunakan di dalam menganalisis data adalah
kalkulator scientifics atau kalkulator statistik, misalnya seperti CASIO fx -
3600P. Setiap kalkulator, khususnya kalkulator statistik, cara pengoperasiannya
tergantung pada versinya masing-masing. Setiap versi memiliki ciri khusus dalam
pengoperasiannya. Oleh karena itu, apabila para guru membeli kalkulator
statistik pada versi terbaru, bacalah buku manualnya. Karena semua petunjuk
pengoperasionalnya ada di dalamnya.
Sebagai pengenalan awal dalam buku ini, kalkulator
yang digunakan untuk memberi penjelasan adalah menggunakan kalkulator
"lama" yaitu CASIO fx-3600P. Adapun penggunaannya ada 4 aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu: (1) pembersihan data, (2) fungsi SD, (3) fungsi LR,
(4) teknik merandom data.
B. Pembersihan Data
Sebelum kalkulator digunakan untuk menganalisis data
sebaiknya data yang berada di dalam kalkulator perlu dibersihkan terlebih
dahulu. Maksudnya agar hasil analisisnya tidak tercemari dengan data-data atau
angka yang sudah digunakan di dalam kalkulator. Cara pembersihannya adalah
tekan tombol ON, INV, AC. Apabila masih belum bersih, tekanlah tombol MR, M+.
Apabila masih belum bersih, tekanlah tombol MODE, . , INV, AC.
C. Fungsi SD
Fungsi SD merupakan perhitungan yang berhubungan
dengan standard deviasi. Sebelum memulai memasukkan data, munculkanlah kata SD
pada layar kalkulator. Caranya adalah dengan menekan tombol MODE, 3. Setelah di
layar kalkulator muncul SD, maka langkah selanjutnya adalah memulai memasukkan
data.
Caranya adalah memasukkan hanya skor siswa (55,
54, 51, 55, 53; tidak perlu memasukkan "nomor/nama siswa").
D. Fungsi LR
Fungsi LR merupakan perhitungan yang berhubungan
dengan Linier Regression. Sebelum memulai memasukkan data, munculkanlah kata
LR pada layar kalkulator. Caranya adalah dengan menekan tombol MODE, 2.
Setelah di layar kalkulator muncul LR, maka langkah selanjutnya adalah memulai
memasukkan data. Caranya adalah memasukkan hanya skor siswa (tidak perlu
memasukkan "nomor/nama siswa").
E. Contoh Merandom data
Untuk merandom data, tekan tomhol INV dan tanda titik.
Tampak di layar misalnya angka 0,425. BiIa yang dirandom menggunakan satu
digit, maka angka yang digunakan adalah satu angka setelah koma, yaitu angka 4.
Bila dua digit yang digunakan adalah dua angka setelah koma, yaitu 42. Bila
tiga digit angka yang digunakan adalah tiga angka setelah koma, yaitu 425.
Contoh misalnya merandom kunci jawaban butir soal
untuk pilihan ganda. Kunci A= 1, B=2, C=3, D=4. Angka yang digunakan adalah
hanya satu digit. Jadi berdasarkan hasil random dari kalkulator di atas, maka
soal nomor I kunci jawabannya adalah D (karena angka 4= D). Kemudian ditekan
tombol INV dan tanda titik lagi. Tampak di layar misalnya angka 0,184; maka
kunci jawaban soal nomor 2 adalah A (karena angka 1= A). Ditekan tombol INV dan
tanda titik lagi. Tampak di layar misalnya angka 0, 865. Angka ini tidak kita
pergunakan karena batas angka yang dicari hanya sampai nomor 4, sedangkan yang
muncul adalah nomor 8. Ditekan tombol INV dan tanda titik lagi dan seterusnya
sampai selesai jumlah butir soalnya. Selamat mencoba!
F. Contoh Uji Validitas Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Karena di dalam program kalkulator tidak tersedia uji
validitas butir (korelasi point biserial) yaitu korelasi antara data nominal
dan data kontinyu, maka kita perlu menghitungnya dengan menggunakan rumus.
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
korelasi point biserial,
merandom data,
uji validitas,
uji validitas butir,
validitas soal
Analisis Butir Soal secara Kuantitatif
ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUANTITATIF
A.
Pengertian
Penelaahan
soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada
data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari
soal yang telah diujikan.
B.
Analisis
Butir Soal
Ada
dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara
klasik dan modern.
1. Klasik
Analisis butir soal secara klasik adalah proses
penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna
meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes
klasik.
Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah
murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah,
sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau
sampel kecil (Millman dan Greene, 1993: 358).
Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan
para guru di sekolah seperti beberapa contoh di bawah ini.
a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi
jawaban yang telah dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta
didik yang: (1) menjawab benar pada setiap soal, (2) menjawab salah (option
pengecoh), (3) tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui
tingkat kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang
dipilih peserta didik.
b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah (1)
urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah. (2) Pilih 10
lembar jawaban pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada kelompok bawah.
(3) Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam
analisis. (4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah
pada setiap pilihan jawaban. (5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir
soal. (6) Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis efektivitas pengecoh pada
setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal
secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran
butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk
obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.
a. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab
benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin
besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti
semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada
siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa
menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap
nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada
butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus
ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini
(Nitko, 1996: 310).
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya
dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan
butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi
digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya
digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian
digunakan rumus berikut ini :
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini :
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas
dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik
yang sudah memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak
memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini
(Crocker dan Algina, 1986: 315).
Sumber : Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini :
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk
distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK= < 0,25)
distribusinya berbentuk positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan TK=
>0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan,
yaitu kegunaan bagi guru dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko,
1996: 310-313). Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep
terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil
belajar mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau
mencurigai terhadap butir soal yang bias. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan
pengajaran adalah: (a) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang,
(b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c)
memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal
yang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi
tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir
dapat: (1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan
penyebaran skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan
dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi
antarsoal, semakin tinggi reliabilitas (Nunnally, 1981: 270-271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan
untuk mempredikst alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik
dalam memahami materi yang diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk
kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut :
1) Pengecoh butir
soal itu tidak berfungsi.
2) Sebagian besar
siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar siswa telah
memahami materi yang ditanyakan.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka
prediksi terhadap informasi ini adalah seperti berikut :
1) Butir soal itu
"mungkin" salah kunci jawaban.
2) Butir soal itu
mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3) Materi yang
ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya, sehingga
kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4) Materi yang
diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang diberikan
(misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan
ganda).
5) Pernyataan
atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki
keterbatasan, yaitu bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi
secara tepat karena estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna,
1994: 145). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK=
>0,90). Jika sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK =
< 0,40). Oleh karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT,
karena 1RT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa
peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi
parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa bias.
b. Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal
dapat membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi
yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini :
1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data
empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau
belum memahami materi yang diajarkan guru.
Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua
kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai
"kemungkinannya" seperti berikut ini :
·
Kunci jawaban
butir soal itu tidak tepat.
·
Butir soal itu
memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar
·
Kompetensi yang
diukur tidak jelas
·
Pengecoh tidak
berfungsi
·
Materi yang
ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
·
Sebagian besar
siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi
dalam butir soalnya
Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga
dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal
berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan warga belajar/siswa
yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum
memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00.
Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika
daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (warga
belajar/peserta didik yang tidak memahami materi) menjawab benar soal dibanding
dengan kelompok atas (warga belajar/peserta didik yang memahami materi yang
diajarkan guru).
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan
ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini :
DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes.
Untuk
mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus
berikut ini :
c. Penyebaran (distribusi) jawaban
Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam
penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya
jawaban yang tersedia. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan
berfungsi apabila pengecoh:
1) paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/siswa,
2) lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum
paham materi.
d.
Reliabilitas
Skor Tes
Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah
untuk mengetahui tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor
tes. Indeks reliabilitas berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas suatu tes (mendekati 1), makin tinggi pula keajegan/ketepatannya.
Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi
adalah akurat, reproducibel, dan generalized terhadap kesempatan testing dan
instrumen tes lainnya. Secara rinci faktor yang mempengaruhi reliabilitas skor
tes di antaranya:
1) Semakin
banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes.
2) Semakin lama
waktu tes, semakin ajek.
3) Semakin
sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan.
4) Soal-soal
yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.
5) Semakin
objektif pemberian skor, semakin besar keajegan.
6) Ketidaktepatan
pemberian skor.
7) Menjawab
besar soal dengan cara menebak.
8) Semakin
homogen materi semakin besar keajegan.
9) Pengalaman
peserta ujlan.
10) Salah
penafsiran terhadap butir soal.
11) Menjawab soal
dengan buru-buru/cepat.
12) Kesiapan
mental peserta ujian.
13) Adanya
gangguan dalam pelaksanaan tes.
14) Jarak antara tes pertama dengan tes kedua.
15) Mencontek
dalam mengerjakan tes.
16) Posisi
individu dalam belajar.
17) Kondisi fisik
peserta ujian.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan
reliabilitas skor tes, yaitu :
1) Keajegan
pengukuran ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran pertama dan kedua dari
sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang sama.
2) Keajegan
pengukuran setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau lebih alat ukur
berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama.
3) Keajegan
belah dua: kesesuaian antara hasil pengukuran belahan pertama dan belahan kedua
dari alat ukur yang sama.
2. Modern
Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan
butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau
teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan
fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu scal
dengan kemampuan siswa. Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT),
atau characteristics
curve theory (CCT).
Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum
phi-gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item factor analisis)
kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait Theory), kemudian sekarang
secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal (Item Response Theory)
(McDonald, 1999: 8).
Secara ringkas, berikut diuraikan kelebihan analisis
secara IRT dan kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang.
1. Kelebihan Analisis IRT
Untuk
mengetahui kelebihan analisis IRT, maka para guru perlu mengetahui keterbatasan
analisis secara klasik. Keterbatasan model pengukuran secara klasik bila
dibandingkan dengan teori jawaban butir soal adalah seperti berikut (Hambleton,
Swaminathan, dan Rogers, 1991: 2-5). (1) Tingkat kemampuan dalam teori klasik
adalah "true score". Jika tes sulit artinya tingkat kemampuan peserta
didik mudah. Jika tes mudah artinya tingkat kemampuan peserta didik tinggi. (2)
Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam grup
yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada kemampuan
peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan. (3) Daya pembeda,
reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan grup peserta
didik. Adapun kelebihan IRT adalah bahwa: (1) IRT tidak berdasarkan grup
dependent, (2) skor siswa dideskripsikan bukan test dependent, (3) model ini
menekankan pada tingkat butir soal bukan tes, (4) IRT tidak memerlukan paralel
tes untuk menentukan relilabilitas tes, (5) IRT suatu model yang memerlukan
suatu pengukuran ketepatan untuk setiap skor tingkat kemampuan.
2.
Kalibrasi
Butir Soal dan Pengukuran Kemampuan Orang.
Kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang
merupakan proses estimasi parameter pada model respon butir. Model persamaan
dasar Rasch adalah model probabilistik yang mencakup hasil dari suatu interaksi
butir soal-orang. Proses mengestimasi kemampuan orang dinamakan pengukuran,
sedangkan proses mengestimasi parameter tingkat kesukaran butir soal dinamakan
kalibrasi. Jadi kalibrasi soal merupakan proses penyamaan skala soal yang
didasarkan pada tingkat kesukaran butir soal dan tingkat kemampuan siswa.
Adapun ciri suatu skala adalah mempunyai titik awal, biasanya 0, dan mempunyai
satuan ukuran atau unit pengukuran. Prosedur estimasi dapat dilakukan dengan
tangan atau komputer.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam
mengkalibrasi butir dan mengukir kemampuan orang dengan tangan (Wright and
Linacre, 1992: 32-45) seperti berikut ini :
a. Menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir
soal ke dalam tabel.
b. Mengedit data
c. Menghitung distribusi skor soal
d. Menghitung distribusi skor peserta didik.
e. Menghitung faktor ekspansi kemampuan peserta didik
(x) dan kesukaran butir soal (Y).
f.
Menghitung tingkat kesukaran dan kesalahan standar butir soal
g. Menghitung tingkat kemampuan dan kesalahan standar
siswa
h. Menghitung probabilitas atau peluang menjawab benar
setiap butir soal [P(0)}.
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis secara kuantitatif,
analisis ujian,
daya pembeda,
reliabilitas skor tes,
tingkat kesukaran,
uji reliabilitas
Analisis Butir Soal : Format Penelaahan untuk Instrumen Soal Non-Tes
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
format telaah,
format telaah soal,
penelaahan soal,
soal non tes,
telaah soal
Analisis Butir Soal : Format Penelaahan untuk Instrumen Soal Tes Perbuatan
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
format telaah,
format telaah soal,
penelaahan soal,
soal tes perbuatan,
telaah soal,
tes perbuatan
Analisis Butir Soal : Format Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
format telaah,
format telaah soal,
penelaahan soal,
telaah soal,
telaah soal pilihan ganda
Analisis Butir Soal : Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
format telaah,
format telaah soal,
penelaahan soal,
telaah soal,
telaah soal uraian
Analisis Butir Soal secara Kualitatif
ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUALITATIF
A. Pengertian
Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif
dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan
sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan.
Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara
kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi,
bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan
penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan
penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku
sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.
B. Teknik Analisis Secara Kualitatif
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator
dan teknik panel.
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di
dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap
butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru
yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum, ahli
penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik
karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama berdasarkan kaidah
penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari/ memperbaiki
berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Setiap komentar/masukan dari peserta diskusi
dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama,
perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini adalah memerlukan waktu
lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.
Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir
soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir
soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran
kunci jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah.
Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir-butir soal yang akan
ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap
awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para
penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah
dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya
serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik,
diperbaiki, atau diganti.
Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki
latar belakang materi yang diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk
menelaah butir soal memiliki keterampilan, seperti guru yang mengajarkan materi
itu, ahli materi, ahli pengembang kurikulum, ahli penilaian, psikolog, ahli
bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.
C. Prosedur Analisis Secara Kualitatif
Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif,
penggunaan format penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur
pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk
menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah
format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan
instrumen non-tes.
Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format
penelaahan soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian
formatnya. Petunjuknya adalah seperti berikut ini.
1.
Analisislah
setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
2.
Berilah tanda cek
(V) pada kolom "Ya" bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan
kriteria!
3.
Berilah tanda cek
(V) pada kolom "Tidak" bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan
kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan
perbaikannya.
Perhatikan format penelaah butir soal pada postingan berikut :
a. Format
Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
b. Format
Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda
c. Format Penelaahan untuk Instrumen Perbuatan
d. Format Penelaahan untuk Instrumen Non-Tes
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Tahun 2008
Sabtu, 24 Oktober 2015
Analisis Butir Soal : Penilaian Diri / Introspeksi Seorang Guru
Analisis Butir Soal : Penilaian Diri / Introspeksi Seorang Guru
Analisis
butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat atau tidak
berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga
komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal,
serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan
tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang
telah dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru
seperti contoh berikut ini :
Dari
data di atas seperti soal nomor 3, 8, dan 4 (hanya dapat dijawab benar oleh 1,
2, dan 2 peserta didik) dapat memberikan informasi kepada guru atau pengawas
tentang materi soal itu yang telah diajarkan kepada peserta didik. Mereka dapat
memperbaiki diri berdasarkan informasi/data di atas. Informasi itu misalnya
berupa 10 pertanyaan introspeksi diri atau penilaian diri seperti berikut ini :
Sumber :
Panduan Analisis Butir Soal
Panduan Analisis Butir Soal
Direktorat Jenderal Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
Untuk download Panduan Analisis Butir Soal tersebut, silakan klik link berikut !
Klik di sini untuk file ms Word
Klik di sini untuk file pdf
Silakan layangkan saran dan pendapat anda melalui surel :
syamsulhendry@gmail.com
Untuk download Panduan Analisis Butir Soal tersebut, silakan klik link berikut !
Klik di sini untuk file ms Word
Klik di sini untuk file pdf
Silakan layangkan saran dan pendapat anda melalui surel :
syamsulhendry@gmail.com
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis butir soal secara kualitatif,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
instrospeksi guru
Minggu, 18 Oktober 2015
Manfaat Soal yang Telah Ditelaah
Manfaat Soal yang Telah Ditelaah
Tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah
tes yang dibuat guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam
tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan
ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya
adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang
digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti
tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir
soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5)
meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172).
Di samping itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah
suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan
kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas,
(3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan
pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang
dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996:
308-309).
Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan
kegiatan analisis butir soal yang hiasanya didesain untuk menjawab pert
anyaan-pertanyaan berikut ini. (1) Apakah fungsi soal sudah tepat? (2) Apakah
soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat? (3) Apakah soal bebas dari
hal-hal yang tidak relevan? (4) Apakah pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut
Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan bahwa kegunaan analisis butir
soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa
hal, yaitu bahwa data analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi
kelas efisien tentang hasil tes, (2) untuk kerja remedial, (3) untuk
peningkatan secara umum pembelajaran di kelas, dan (3) untuk peningkatan
keterampilan pada konstruksi tes.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa
analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat atau
tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga
komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal,
serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan tertentu
yang menyebabkan peserta didik sulit. Di samping itu, butir soal yang telah
dianalisis dapat memberikan informasi kepada peserta didik dan guru.
Panduan Analisis Butir Soal
Sumber :
Panduan Analisis Butir Soal
Label:
analisis,
analisis butir soal,
analisis hasil tes,
analisis hasil ulangan,
analisis ujian,
manfaat soal yang telah ditelaah,
telaah soal,
telaah soal pilihan ganda,
telaah soal uraian
Perlunya Analisis Butir Soal
Perlunya Analisis Butir Soal
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu
kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah
ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan
informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian
(Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap
butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping
itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui
revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi
diagnostik pada siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah
diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya
dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang
diajarkan guru.
Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis
soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan
bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi
dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur
peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif mencakup
pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif
mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk
validitas soal dan reliabilitasnya.
Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam
penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif.
Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena
itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan). Kedua cara ini
diuraikan secara rinci dalam buku ini.
Sumber :
Panduan Analisis Butir Soal
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah - Depdiknas
Tahun 2008
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah - Depdiknas
Tahun 2008
Untuk download file Panduan Analisis Butir Soal, klik link di bawah ini !
Klik di sini untuk file Ms Word
Klik di sini untuk file pdf
Silakan layangkan saran dan pendapat anda melalui surel ;
syamsulhendry@gmail.com
Soal yang Bermutu
Soal yang Bermutu
Bahan ujian atau soal yang bermutu dapat
membantu pendidik meningkatkan pembelajaran
dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum
atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa
soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula
peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin
rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil
pula peluang menjawab benar soal untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Syarat soal yang bermutu adalah bahwa soal harus
sahih (valid), dan handal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya
mengukur satu dimensi/aspek saja. Mistar hanya mengukur panjang, timbangan
hanya mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya mengukur materi
pembelajaran PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi yang lain. Handal
maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang
tepat, cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan handal,
penulis soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah
penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk objektif/pilihan ganda,
uraian, atau praktik).
Linn dan Gronlund (1995: 47) menyatakan bahwa
tes yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas,
dan usabilitas. Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur
pengukuran, reliabilitas artinya konsistensi hasil pengukuran, dan usabilitas
artinya praktis prosedurnya. Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga menyatakan
bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak diukur.
Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi
atau makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta didik. Messick (1993: 13)
menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan
evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang
mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas
dalam model Rasch adalah sesuai atau fit dengan model (Hambleton dan Swaminathan,
1985: 73).
Messick (1993: 16) menyatakan bahwa validitas
secara tradisional terdiri dari: (1) validitas isi, yaitu ketepatan materi yang
diukur dalam tes; (2) validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes
dengan satu atau lebih variabel atau kriteria, (3) valitidas prediktif, yaitu
ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian; (4)
validitas serentak (concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan
dua alat ukur lainnya yang dilakukan secara serentak; (5) validitas konstruk,
yaitu ketepatan konstruksi teoretis yang mendasari disusunnya tes. Linn dan
Gronlund (1995 : 50) menyatakan hahwa valilitas terdiri dari: (1) konten. (2) test-criterion relationship, (3)
konstruk, dan (4) consequences, yaitu
ketepatan penggunaan hasil pengukuran.
Sedangkan menurut Oosterhof (190 : 23) yang mengutip berdasarkan "Standards for Educational and Psychological
Testing, 1985" yang didukung oleh Ebel dan Frisbie (1991 : 102-109),
serta Popham (1995 : 43) bahwa tipe validitas adalah validitas: (1) content, (2) criterion, dan (3) construction.
Di samping validitas, informasi tentang
reliabilitas tes sangat diperlukan. Nitko (1999 : 62) dan Popham (1995 : 21) menyatakan
bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran. Pernyataan ini didukung oleh Cohen dkk, yaitu
bahwa reliabilitas merupakan persamaan dependabilitas atau konsistensi (Cohen dkk : 192 : 132) karena tes yang
memiliki konsistensi/reliabilitas tinggi, maka tesnya adalah akurat, reproducible; dan gereralizable terhadap kesempatan testing dan instrumen tes yang
sama. (Ebel dan Frisbie (1991 : 76). Faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang
berhubungan dengan tes adalah: (1) banyak butir, (2) homogenitas materi tes, (3)
homogenitas karakteristik butir, dan (4) variabilitas skor. Reliabilitas yang
berhubungan dengan peserta didik dipengaruhi oleh faktor: (1) heterogenitas
kelompok, (2) pengalaman peserta didik mengikuti tes, dan (3) motivasi peserta
didik. Sedangkan faktor yang mempengaruhi reliabilitas yang berhubungan dengan
administrasi adalah batas waktu dan kesempatan menyontek (Ebel dan Frisbie,
1991: 88-93).
Linn dan Gronlund menyatakan bahwa metode
estimasi dapat dilakukan dengan mempergunakan: (1) metode test-retest, yaitu diberikan tes yang sama dua kali pada kelompok
yang sama dengan interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas; (2)
metode equivalent form, yaitu
diberikan dua tes paralel pada kelompok yang sama dan waktu yang sama;
tujuannya adalah pengukuran menjadi ekuivalen; (3) metode test-retest dengan equivalen
form, yaitu diberikan dua tes paralel pada kelompok yang sama dengan
interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas dan ekuivalensi; (4)
metode split-half, yaitu diberikan
tes sekali, kemudian skor pada butir yang ganjil dan genap dkorelasikan dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown;
tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal; (5) metode Kuder-Richardson dan koefisien Alfa, yaitu diberikan tes
sekali kemudian skor total tes dihitung dengan rumus Kuder-Richardson,
tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal; (6) metode inter-rater, yaitu diberikan satu set
jawaban peserta didik untuk diskor/judgement oleh 2 atau lebih rater; tujuannya
adalah pengukuran konsistensi rating. Menurut Popham (1995: 22), reliabilitas
terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) stabilitas, yaitu konsistensi hasil di antara
kesempatan testing yang berbeda, (2) format bergantian (alternate form), yaitu konsistensi hasil di antara dua atau lebih
tes yang berbeda, (3) internal konsistensi, yaitu konsistensi melalui suatu
pengukuran fungsi butir instrumen.
Reliabilitas skor tes dalam teori respon
butir adalah penggunaan fungsi informasi tes. Menurut Hambleton dan Swaminathan
(1985: 236), pengukuran fungsi informasi tes lebih akurat bila dibandingkan
dengan penggunaan reliabilitas karena: (1) bentuknya tergantung hanya pada
butir-butir dalam tes, (2) mempunyai estimasi kesalahan pengukuran pada setiap
level abilitas. Pernyataan ini didukung oleh Gustafson (1981 : 41), yaitu bahwa
konsep reliabilitas dalam model Rasch memerankan bagian subordinate sebab model
pengukuran ini diorientasikan pada estimasi kemampuan individu.
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas
tes perlu dilakukan analisis butir soal. Kegunaan analisis butir soal di
antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes
yang diterbitkan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal
seperti kuis, ulangan yang disiapkan guru untuk peserta didik di kelas, (3)
mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat
memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
(Anastasi dan Urbina, 1997: 172).
Sumber :
Panduan Penulisan Butir Soal
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah - Depdiknas
Tahun 2008
Untuk download file Panduan Penulisan Butir Soal, silakan klik link di bawah ini !
Klik di sini untuk cover
Klik di sini untuk daftar isi
Klik di sini untuk file panduan
Silakan layangkan saran dan pendapat anda melalui surel :
syamsulhendry@gmail.com
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah - Depdiknas
Tahun 2008
Untuk download file Panduan Penulisan Butir Soal, silakan klik link di bawah ini !
Klik di sini untuk cover
Klik di sini untuk daftar isi
Klik di sini untuk file panduan
Silakan layangkan saran dan pendapat anda melalui surel :
syamsulhendry@gmail.com
Label:
bahan ujian,
informasi tes,
reliabilitas skor tes,
soal yang bermutu,
teori respon butir soal,
usabilitas soal,
validitas soal
Langganan:
Postingan (Atom)